Menteri Keuangan Sri Mulyani indrawati. (foto: tangkapan layar Youtube DPR)
JAKARTA, DDTCNews – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memasang asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2021 pada kisaran 4,5—5,5%.
Sri Mulyani mengusulkan sejumlah indikator ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal kepada DPR RI sebagai dasar penyusunan Rancangan APBN 2021. Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi pada 2021 masih akan dipengaruhi oleh pandemi virus Corona yang terjadi tahun ini.
"Dengan mempertimbangkan segala risiko dan ketidakpastian yang ada, serta potensi pemulihan ekonomi global dan nasional di tahun depan, pemerintah mengusulkan kisaran indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai dasar penyusunan RAPBN 2021 adalah sebagai berikut, pertumbuhan ekonomi 4,5—5,5%," katanya katanya dalam rapat paripurna DPR RI, Selasa (12/5/2020).
Sri Mulyani mengatakan situasi pandemi dan ketidakpastian yang tinggi telah terjadi sejak kuartal I/2020 dan akan terjadi hingga beberapa bulan setelahnya. Realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I/2020 hanya sebesar 2,97%, menunjukkan koreksi tajam dari target pemerintah.
Menurutnya pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 terancam bergerak dari skenario berat sebesar 2,3% menuju skenario sangat berat, yaitu kontraksi minus 0,4%.
Sri Mulyani mengatakan inflasi pada 2021 ditargetkan berada pada kisaran 2,0—4,0%, sedangkan tingkat suku bunga SBN 10 tahun sebesar 6,67—9,56%. Sementara itu, nilai tukar rupiah ditargetkan berada pada kisaran Rp14.900 hingga Rp15.300 per dolar AS.
Pemerintah mengasumsikan harga minyak mentah Indonesia berada pada kisaran US$40—50 per barel, lifting minyak bumi 677.000—737.000 barel per hari, dan lifting gas bumi 1,085 juta—1,173 juta barel setara minyak per hari.
Sri Mulyani menambahkan kebijakan fiskal pada 2021 mengangkat tema ‘Percepatan Pemulihan Ekonomi dan Penguatan Reformasi’. Menurutnya, tema tersebut juga selaras dengan tema rencana kerja pemerintah pada 2021, yaitu ‘Mempercepat Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Sosial’. (kaw)