FOUNDER DDTC Danny Septriadi mewariskan sebuah ‘rumus’ kepada para alumnus Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (MAKSI FEB UI).
‘Rumus’ yang dibocorkan Danny sudah jadi pegangannya selama berkecimpung di dunia pajak lebih dari 30 tahun.
“Saya ingin menggunakan kesempatan ini buat mengingatkan kita semua akan framework thinking kuno dari Aristoteles yang masih sangat relevan di hidup dan profesi kita sekarang, yaitu logos, ethos, dan pathos,” jelas Danny di Graduation Festival MAKSI UI 2025, dikutip pada Kamis (21/8/25).
Menurut Danny, berdasarkan rumus itu, civitas academica MAKSI FEB UI sebenarnya sudah punya jaminan dua bekal bagus: logos dan ethos. Di kelas, para pengajar MAKSI FEB UI pastinya sudah membuat mahasiswanya familiar dengan logos, lewat penekanan akan pentingnya penalaran, critical thinking, dan berbicara berdasarkan bukti atau data (evidence based). Standar ini perlu terus dijaga sebagai profesional.
Baca juga Saat Aturan & Sengketa Tidak Meningkatkan Kepatuhan, Coba Humor!
Begitu masa studi usai, para alumni pun otomatis mengantongi reputasi yang ‘mahal’ alias ethos. Namun, reputasi itu tidak akan ada artinya kalau tidak dipelihara.
“Titel sebagai alumni MAKSI FEB UI membuat Anda lebih bernilai di mata orang. Namun secara bersamaan, Anda juga ‘terkutuk’—tepatnya ‘terkutuk’ untuk menjaga kredibilitas itu tetap mengkilap,” kata Danny.
Akan tetapi, realitanya, dua hal itu saja tidak cukup. Logos dan ethos masih membutuhkan pathos alias empati agar seseorang bisa tetap membumi.
“Empati menurunkan ego. Dengan memelihara empati, kita akan jadi lebih humanis, sehingga memungkinkan hubungan baik akan terus terjaga. To paraphrase, there’s harmony in humanity,” imbuhnya.
Baca juga Langka! Haru dan Tawa Hiasi Kuliah Pajak dari Founder DDTC
Danny Septriadi menjadi pembicara di Graduation Festival MAKSI UI 2025
Dalam kesempatan yang juga dihadiri oleh Dekan FEB UI Yulianti Abbas, Danny berterima kasih karena masih dipercaya oleh perguruan tinggi tersebut untuk membagikan pengalaman dan wawasannya kepada mahasiswa dari berbagai latar belakang di kelas. Danny sendiri pada tahun ajaran 2024/2025 mengampu beberapa kelas di MAKSI FEB UI. Salah satunya mata kuliah Audit dan Negosiasi Pajak.
Dalam kelas tersebut, Danny menginovasikan strategi pembelajaran pajak yang berbasis creative and critical thinking, effective communication, serta resilience. Dalam satu sesi, dia menghadirkan cartoon caption sebagai medium untuk mengenalkan konsep-konsep penting dalam negosiasi lewat cara yang tidak umum. Dalam kesempatan lain, dia menanamkan pentingnya resiliensi lewat pendekatan humor, yakni mentertawakan tragedi.
Baca juga Cartoon Caption: Belajar Audit dan Negosiasi Pajak yang Anti-Kaku
Kedua metode tersebut diaplikasikan di kelas bukan tanpa dasar. Pembelajaran negosiasi dalam konteks positif lewat cartoon caption mengadaptasi metode profesor dari University of Hawaii, John Barkai.
Setelah mengajar negosiasi dan alternative dispute resolutions (ADR) sejak 1979, pada 2020, Barkai merilis buku berjudul Humor in Negotiations & ADR. Buku tersebut kini menjadi koleksi The Library of Humor Studies yang terletak di lantai 2 Menara DDTC.
Danny juga belajar akan peran humor dalam profesi yang ‘serius’ secara formal. Selain menghadiri kelas selama tiga tahun secara daring di Association for Applied and Therapeutic Humor (AATH), Danny diharuskan pula membuat program yang berdampak bagi komunitas profesinya.
Danny lalu membuat support group bagi para praktisi pajak di Indonesia. Program tersebutlah yang turut mengantar Danny sebagai pionir Certified Humor Professional (CHP) dan masuk ke Project Hall of Fame di AATH.
Pengumuman atas masuknya program yang diinisiasi Danny Septriadi ke Hall of Fame AATH di 2025 AATH Humor Conference, North Carolina, Amerika Serikat
Tak lupa, dalam kesempatan yang penuh rasa bahagia tersebut, Danny turut menyampaikan selamat kepada seluruh mahasiswa yang telah menempuh yudisium di hari tersebut. Di antara peserta yudisium, ada 14 mahasiswanya di mata kuliah Audit dan Negosiasi Pajak, yaitu:
“Anda-Anda inilah yang harusnya jadi hebat, bukan hanya universitas atau dosennya saja. Sebab Andalah yang akan menginspirasi generasi selanjutnya untuk berbuat lebih baik lagi,” tutup Danny.
Dalam kesempatan terpisah, redaksi menemui beberapa alumnus MAKSI FEB UI tersebut. Salah satunya Sabrina Hakim, yang menangkap kesan Danny Septriadi sebagai dosen yang unik.
“Baru kali ini saya menjumpai pengajar yang memosisikan mahasiswa dan dosen pada kedudukan yang setara, lewat dialog terbuka, mendengarkan setiap opini, lalu mengajak kami berpikir kritis. Pembelajaran di kelas Audit & Negosiasi Pajak juga menumbuhkan kesadaran saya bahwa kontribusi kecil dari tiap individu dapat berdampak besar bagi perbaikan administrasi perpajakan di Indonesia,” ungkap Sabrina.
Sementara alumnus lain, Ferry Yudi Irawan, punya impresi demikian. “Ethos, pathos, logos. Itu tiga kata paling memorable dari Pak Danny. Konsisten ia sampaikan dari kelas Audit & Negosiasi Pajak sampai di acara Grand Fest 2025—yang tetap beliau komitmen hadiri di tengah kesibukannya." kata Ferry.
Dekan FEB UI Yulianti Abbas (tengah) bersama para alumnus MAKSI FEB UI
(sap)