Pekerja tambang berada di dekat tumpukan nikel di kawasan Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) di Desa Lelilef, Kecamatan Weda, Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara, Jumat (1/9/2023). ANTARA FOTO/Andri Saputra/rwa.
JAKARTA, DDTCNews - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berharap nikel dari Indonesia bisa turut memenuhi kebutuhan pengembangan baterai mobil listrik di Amerika Serikat (AS).
Dalam pertemuan dengan Wakil Presiden AS Kamala Harris pada sela-sela KTT Asean, Jokowi mengajak AS untuk membahas critical mineral agreement (CMA).
"Indonesia merupakan produsen dan pemilik cadangan nikel terbesar di dunia dengan cadangan nikel mencapai 21 juta metrik ton sehingga Indonesia dapat menjadi pemasok kebutuhan baterai untuk kendaraan listrik di AS. Indonesia mengajak AS untuk membahas pembentukan CMA," ujar Jokowi, dikutip Kamis (7/9/2023).
Keberadaan CMA diharapkan dapat meyakinkan AS atas potensi kerja sama ekonomi bagi kedua negara sekaligus mengundang sejumlah investor asing AS untuk turut menggarap sektor nikel di Indonesia.
Lebih lanjut, dengan adanya CMA, Indonesia berharap nikel dari Indonesia bisa memenuhi persyaratan fasilitas kredit pajak atas pembelian mobil listrik sebagaimana termuat dalam Inflation Reduction Act (IRA).
Melalui IRA, AS memberikan fasilitas kredit pajak maksimal senilai US$7.500 kepada pembeli mobil listrik sepanjang 40% dari mineral yang digunakan untuk pembuatan baterai mobil listrik tersebut berasal dari AS atau mitra perdagangan bebas AS.
Untuk diketahui, Indonesia sesungguhnya telah mengusulkan perjanjian perdagangan bebas terbatas atau limited FTA agar mineral yang berasal dari Indonesia memenuhi persyaratan fasilitas kredit pajak dalam IRA.
Namun, hingga saat ini Indonesia belum menjalin limited FTA dengan AS mengingat mayoritas nikel di Indonesia diolah oleh smelter milik China. (sap)