JAKARTA, DDTCNews – Setelah sempat rebound pada Maret 2018 dengan surplus sebesar US$1,09 miliar, neraca perdagangan RI kembali defisit pada April 2018. Tercatat, defisit mencapai angka US$1,63 miliar.
Kepala Bada Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan angka impor yang naik signifikan menjadi salah satu penyebab utama. Kenaikan dominan berasal dari sektor migas dengan defisit US$ 1,13 miliar dan nonmigas minus US$0,50 miliar.
"Impor naik signifikan dari sisi migas dan nonmigas," katanya dalam rilis BPS, Selasa (15/5).
Adapun angka impor yang naik signifikan pada April sebesar 11,28% menjadi US$16,09 miliar dibandingkan dengan Maret 2018 yang hanya US$14,46 miliar.
Ketika impor naik signifkan, justru kinerja ekspor mengalami kontraksi. Tercatat, jumlah ekspor pada April 2018 turun 7,19% menjadi US$14,47 miliar dibandingkan dengan Maret 2018 yang mencapai US$15,59 miliar. Penurunan itu terjadi baik dari ekspor migas dan nonmigas.
"Untuk migas sendiri turun 11,32% secara bulanan menjadi US$1,19 miliar," terang Suhariyanto.
Kemudian, khusus untuk nonmigas juga mengalami penurunan persentase ekspor, hanya sektor pertanian yang mencatat kenaikan. Ekspor industri pengolahan misalnya yang turun 4,83%, kemudian pertambangan turun 16,03%. Sektor pertanian naik sebesar 6,11%.
"Ekspor non-migas penyumbang utama nilai ekspor dengan kontribusi mencapai 91,8%," tutupnya. (Amu)