Kepala BPS Suhariyanto. (tangkapan layar Youtube BPS)
JAKARTA, DDTCNews – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada April 2020 mengalami defisit US$350 juta.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan defisit perdagangan tersebut turut dipengaruhi oleh pandemi virus Corona yang terjadi di hampir semua negara. Padahal, jika dibandingkan dengan Maret 2020, neraca perdagangan masih tercatat surplus US$743 juta.
"Posisi ini lebih bagus dibanding April 2019 karena saat itu defisit kita US$2,3 miliar. Jadi meski defisit, ini jauh lebih landai dibanding April 2019," katanya melalui konferensi video, Jumat (15/5/2020).
Defisit perdagangan pada bulan April 2020 berasal nilai ekspor US$12,19 miliar dan nilai impor US$12,54 miliar.
Nilai ekspor yang sebesar US$12,19 miliar terdiri dari ekspor nonmigas US$11,58 miliar atau turun 13,66% dari bulan Maret 2020 yang mencapai US$13,41 miliar. Adapun ekspor migas tercatat US$610 juta atau turun 6,55% dari US$650 juta.
Suhariyanto menyebut pelemahan ekspor nonmigas dikarenakan ekspor industri pertanian yang minus 6,1% menjadi US$280 juta secara bulanan. Namun, jika dilihat secara tahunan, masih tercatat tumbuh 12,66%. Ekspor produk pertanian yang turun misalnya komoditas tanaman obat dan rempah-rempah.
Ekspor komoditas pertambangan juga turun 22,11% secara bulanan menjadi US$1,54 miliar, sedangkan ekspor industri pengolahan turun 12,26% menjadi US$9,76 miliar.
Dari sisi impor yang senilai US$12,54 miliar, Suhariyanto menyebu nilai itu berasal dari impor migas US$850 juta dan impor nonmigas sebesar US$11,68 miliar. Impor migas tercatat turun 46,83%, sedangkan impor nonmigas turun 0,53%
Menurutnya, penurunan impor nonmigas utamanya berasal dari bahan baku/penolong yang turun 9% menjadi US$9,36 miliar. Sementara pada impor barang konsumsi turun sebesar 4,03% menjadi US$1,22 miliar, dan impor barang modal tercatat tetap naik 9% menjadi US$1,96 miliar.
"Tentunya komposisi penurunan impor ini perlu diperhatikan dan diwaspadai karena penurunan impor bahan baku akan berpengaruh ke pertumbuhan industri dan perdagangan. Sementara, barang modal mempengaruhi PMTB atau investasi di pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran," ujarnya.
Suhariyanto menambahkan secara perdagangan secara akumulatif Januari-April 2020 masih tercatat surplus US$2,25 miliar. Sementara pada periode yang sama tahun lalu, terjadi defisit neraca perdagangan senilai US$2,56 juta. (kaw)