BKPM Minta Kemenkeu Revisi Ketentuan dalam PMK 71/2018, Ada Apa?

Muhamad Wildan | Rabu, 05 Agustus 2020 | 15:27 WIB
BKPM Minta Kemenkeu Revisi Ketentuan dalam PMK 71/2018, Ada Apa?

Ilustrasi. (BKPM)

JAKARTA, DDTCNews – Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengusulkan kepada Kementerian Keuangan untuk merevisi PMK 71/2018 terkait dengan pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik atau online single submission (OSS) di bidang kepabeanan, cukai, dan perpajakan.

Meski PMK ini sudah mengakomodasi OSS sebagaimana diatur dalam PP 24/2018, BKPM melihat masih terdapat hambatan dalam kemudahan berusaha, yakni terkait dengan permohonan izin penyelenggara tempat penimbunan berikat (TPB).

“Permohonan izin penyelenggara TPB masih diajukan kepada kepala Kanwil Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC). Izin tersebut masuk ke dalam lampiran PP 24/2018 sehingga pemrosesan izin seharusnya melalui sistem OSS," tulis BKPM dalam Rencana Strategis BKPM 2020-2024, dikutip pada Rabu (5/8/2020).

Baca Juga:
Setoran Cukai Minuman Alkohol Tumbuh 6,58 Persen pada Kuartal I/2024

Dalam Pasal 9 dari PMK No. 71/2018, dinyatakan pelaku usaha yang bermaksud menjadi penyelenggara TPB wajib mengajukan permohonan kepada kepala Kanwil DJBC dan harus mendapatkan nomor induk berusaha (NIB), izin usaha, dan kriteria lain dalam ketentuan mengenai kawasan berikat, gudang berikat, atau pusat logistik berikat.

BKPM juga menyoroti masih adanya syarat pemaparan proses bisnis dan pemenuhan kriteria oleh pelaku usaha yang mengajukan izin penyelenggaran TPB kepada Kanwil DJBC sebagaimana tertuang pada Pasal 10 PMK No. 71/2018.

Pemaparan harus dilakukan oleh direksi atau wakil dari direksi perusahaan. Pemaparan kepada Kanwil DJBC ini dilakukan paling lambat pada hari kerja berikutnya atau tiga hari kerja setelah diterbitkannya berita acara pemeriksaan.

Baca Juga:
Bakal Tunjuk Wajib Pajak, DJP Uji Coba Kedua Penyampaian Lapkeu XBRL

"Dalam hal pemaparan tidak dilakukan dalam jangka waktu, Kanwil DJBC atas nama menteri memberikan penolakan dengan menerbitkan surat penolakan disertai dengan alasan penolakan," bunyi PMK No. 71/2018 pada pasal 10 ayat 6.

Menurut BKPM dalam Renstra 2020-2024, hal ini bertentangan dengan semangat OSS untuk meminimalisasi, bahkan menghilangkan proses tatap muka antara pemohon dengan pemberi izin. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

05 Agustus 2020 | 22:10 WIB

meminimalisir tatap muka kiranya dapat meminimalisir pula adanya pungli atau uang pelicin yang diberikan kepada pemberi izin. selain itu, ini juga dapat meminimalkan ongkos dan kemuadahaan berusaha di Indonesia. jika beranjak dari semangat tersebut, kiranya saran yag diberikan BKPM harus dipertimbangan secara baik oleh Kementerian Keuangan

ARTIKEL TERKAIT
Selasa, 30 April 2024 | 15:30 WIB PENERIMAAN CUKAI

Setoran Cukai Minuman Alkohol Tumbuh 6,58 Persen pada Kuartal I/2024

Selasa, 30 April 2024 | 11:45 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Aturan Impor Barang Kiriman PMI Bakal Hanya Mengacu pada PMK 141/2023

Selasa, 30 April 2024 | 08:52 WIB BERITA PAJAK HARI INI

Bakal Tunjuk Wajib Pajak, DJP Uji Coba Kedua Penyampaian Lapkeu XBRL

Senin, 29 April 2024 | 17:30 WIB PENGAWASAN CUKAI

Cek Toko-Toko, Petugas Bea Cukai Cari Peredaran Rokok Ilegal

BERITA PILIHAN
Rabu, 01 Mei 2024 | 15:45 WIB DDTC - SMA 8 YOGYAKARTA

Peringati Hardiknas, SMAN 8 Yogyakarta Gelar Webinar Gratis!

Rabu, 01 Mei 2024 | 13:00 WIB KELAS PPH PASAL 21 (4)

Memahami Pengurang Penghasilan dalam PPh Pasal 21

Rabu, 01 Mei 2024 | 12:00 WIB KOTA BANJARBARU

Pemkot Patok Tarif 40% Pajak Jasa Hiburan Karaoke dan Spa

Rabu, 01 Mei 2024 | 11:30 WIB PAJAK PENGHASILAN

Begini Cara Hitung Angsuran PPh Pasal 25 BUMN dan BUMD

Rabu, 01 Mei 2024 | 10:30 WIB KEBIJAKAN KEPABEANAN

Kriteria-Perbedaan Barang Kiriman Hasil Perdagangan dan Nonperdagangan

Rabu, 01 Mei 2024 | 09:33 WIB KURS PAJAK 01 MEI 2024 - 07 MEI 2024

Berjalan Sebulan Lebih, Kurs Pajak Berlanjut Melemah terhadap Dolar AS