PEREKONOMIAN INDONESIA

BKF: Inflasi Pangan Masih Berisiko Naik Akibat El Nino

Muhamad Wildan
Selasa, 06 Juni 2023 | 15.30 WIB
BKF: Inflasi Pangan Masih Berisiko Naik Akibat El Nino

Petani memanen padi di area persawahan tadah hujan Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Sabtu (27/5/2023). Petani setempat mengatakan musim panen tersebut diperkirakan menjadi musim panen padi terakhir tahun ini seiring masuknya musim kemarau di daerah itu karena area persawahan mereka merupakan sawah tadah hujan. ANTARA FOTO/Arnas Padda/nym.

 

JAKARTA, DDTCNews - Inflasi komponen harga pangan bergejolak atau volatile food tercatat turun dari 3,74% pada April 2023 menjadi hanya sebesar 3,28% pada Mei 2023.

Menurut Badan Kebijakan Fiskal (BKF), penurunan inflasi volatile food disokong oleh terkendalinya harga pangan berkat panen raya padi dan aneka cabai. Walau demikian, pemerintah memang harga pangan masih akan naik dalam waktu dekat menjelang Hari Raya Iduladha dan fenomena El Nino.

"Pemerintah akan terus konsisten dalam mengendalikan inflasi dengan berbagai upaya stabilisasi, antara lain dengan menjaga pasokan dan kelancaran distribusi, serta mengantisipasi dampak gangguan cuaca dan risiko kekeringan," ujar Kepala BKF Febrio Kacaribu, Selasa (6/6/2023).

Guna memitigasi terjadinya kenaikan harga, pemerintah berkomitmen untuk merespons dengan menambah stok komoditas di pasar, memfasilitasi distribusi, dan menggelar pangan murah.

"Koordinasi antarkementerian/lembaga di tingkat pusat dan daerah serta optimalisasi penggunaan APBN dan APBD juga terus diperkuat untuk mencegah terjadinya lonjakan harga," ujar Febrio.

Untuk diketahui, Kementerian PPN/Bappenas sebelumnya mengungkapkan produksi padi Indonesia berpotensi menyusut hingga 5 juta ton akibat El Nino yang mengancam Indonesia pada musim kemarau tahun ini.

El Nino adalah pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudra Pasifik bagian tengah. Pemanasan suhu muka laut meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik dan mengurangi curah hujan di Indonesia.

"Data yang kami miliki pada 1990 hingga 2020 itu menunjukkan penurunan produksi secara konsisten setiap kejadian El Nino, yakni produksi padi 1 juta sampai 5 juta ton tergantung intensitas El Nino ini," ujar Menteri PPN/Bappenas Suharso Monoarfa. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.