PERDAGANGAN BERJANGKA

Blockchain Terus Berkembang, Bursa Aset Kripto Makin Mendesak

Redaksi DDTCNews
Jumat, 03 Februari 2023 | 12.30 WIB
Blockchain Terus Berkembang, Bursa Aset Kripto Makin Mendesak

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah menargetkan untuk membentuk bursa aset kripto pada pertengahan 2023. Kehadiran bursa kripto sudah tertuang dalam rumusan hasil Rapat Kerja Bappebti 2023 yang berlangsung 19-20 Januari 2023 lalu. Komitmen ini juga sesuai dengan UU 32/1997 tentang Bappebti.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan kelembagaan bursa aset kripto diperlukan karena pada tahun ini transaksi aset kripto diperkirakan akan berkembang pesat. 

"Apalagi jika dilihat dari sudut pandang teknologi blockchain yang merupakan asal muasal dari teknologi aset kripto," kata Zulkifli dalam pengantarnya pada program Bulan Aset Kripto, dikutip Jumat (3/2/2023). 

Dia menambahkan, teknologi blockchain yang salah satu pengaplikasiannya adalah aset kripto terus mengalami perkembangan. Kendati begitu, Indonesia masih berupaya mengimbangi perkembangan tersebut dengan menyesuaikan beragam aturan. 

Pemerintah, imbuh mendag, perlu mengatur ekosistem penyelenggaraan aset kripto yang wajar dan adil serta mengutamakan perlindungan bagi masyarakat sebagai pelanggan. 

Keberadaan bursa kripto menjadi akselerator pengembangan industri perdagangan aset kripto. Bursa juga diyakini bakal berperan membantu pengawasan transaksi kripto, memberi keterbukaan informasi, dan memberi perlindungan bagi investor.

Nilai transaksi perdagangan aset kripto mengalami penurunan signifikan pada 2022, jika dibandingkan dengan kinerjanya pada 2021. Hingga akhir November 2022, nilai transaksi aset kripto tercatat Rp296,66 triliun.

Kendati belum menyeluruh sampai dengan akhir tahun, tetapi angka tersebut sudah cukup jauh di bawah capaian transaksi aset kripto sepanjang 2021, yakni senilai Rp859,4 triliun. Artinya ada penurunan lebih dari 50% dari 2021 ke 2022. Namun, nilai transaksi 2022 masih tetap lebih tinggi jika dibandingkan dengan kinerja pada 2020, yang hanya Rp64,9 triliun.

"Meskipun transaksi aset kripto mengalami penurunan pasar dengan tren saham melemah (bearish), tapi kini makin banyaknya perusahaan seperti Meta, Google, dan Twitter yang mulai mengintegrasikan teknologi blockchain dalam kegiatan usahanya. Ini bukti aset kripto akan berkembang tahun ini," kata Zulkifli. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.