Suasana aktivitas bongkar muat kontainer di PT Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur, Senin (17/10/2022). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/tom.
JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah memperkirakan penerimaan bea keluar pada tahun depan tidak akan sekuat capaian 2022 ini.
Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) Nirwala Dwi Heryanto mengatakan kinerja penerimaan bea keluar akan dipengaruhi oleh harga komoditas ekspor. Ketika harga komoditas diestimasi turun pada tahun depan, bea keluar yang dikumpulkan juga bakal lebih kecil.
"Penerimaan bea keluar diperkirakan akan termoderasi pada tahun 2023 akibat dampak penurunan harga CPO maupun mineral," katanya, dikutip pada Senin (31/10/2022).
Nirwala mengatakan harga berbagai komoditas global yang naik pada tahun ini memang berdampak positif terhadap penerimaan bea keluar. Hingga Agustus 2022, penerimaan bea keluar tercatat Rp37,04 triliun atau tumbuh 64,17% secara tahunan.
Pertumbuhan itu utamanya didorong tingginya harga CPO pada awal tahun hingga Mei 2022, serta kebijakan flush out yang meningkatkan volume ekspor. Namun secara bulanan, penerimaannya turun 35% karena harga CPO mulai menurun.
Nirwala menyebut pemerintah menyadari commodity boom tidak akan selamanya terjadi. Oleh karena itu, target bea keluar pada APBN 2023 ditarget secara lebih realistis, yakni Rp10,2 triliun atau turun 79% dari outlook 2022 senilai Rp48,9 triliun.
Meski demikian, dia optimistis penerimaan kepabeanan dan cukai secara keseluruhan pada 2023 akan tetap positif. Pada tahun depan, penerimaan kepabeanan dan cukai ditargetkan senilai Rp303,2 triliun.
"Pulihnya ekonomi nasional dapat mendorong kinerja penerimaan baik di bea masuk maupun cukai," ujarnya. (sap)