Pekerja memproduksi alat-alat kesehatan dalam negeri saat kunjungan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di DV Medika, Kawasan Industri Kendal, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Sabtu (27/8/2022). ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/tom.
JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah mengeklaim kinerja sektor manufaktur terus membaik dalam 12 bulan terakhir.
Kondisi tersebut tercermin dari skor Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2022 yang mencapai 51,7. Angka ini lebih tinggi ketimbang kinerja pada Juli lalu, yakni 51,3.
"Peningkatan indeks PMI Manufaktur didorong oleh kenaikan penjualan dari permintaan domestik. Hal ini sebagai tanda bahwa upaya pemulihan ekonomi dari hantaman pandemi telah menunjukkan dampaknya," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Kamis (1/9/2022).
PMI Manufaktur Indonesia sendiri menunjukkan peningkatan di tengah penurunan indeks di negara Asia lainnya. Misalnya, Korea Selatan mengalami penurunan dari 49,8 pada Juli 2022 menjadi 47,6 pada Agustus ini atau Jepang yang turun dari 52,1 pada Juli menjadi 51,5 pada Agustus 2022.
Analisis S&P Global juga menunjukkan terjadi perbaikan yang cukup kuat di sektor manufaktur dalam 4 bulan terakhir. Hal ini didukung dengan produksi yang naik selama 3 bulan berturut-turut, dan menjadi gabungan tercepat dalam 7 bulan. Kemudian, terjadi peningkatan permintaan dan ekspansi pesanan baru pada laju tercepat dalam 6 bulan.
Selain itu, Kemenperin juga mencatat tekanan inflasi di sektor manufaktur juga berkurang, ditandai dengan kenaikan harga input dan output yang lebih rendah. Kenaikan indeks PMI Manufaktur Indonesia juga turut andil dalam peningkatan penciptaan lapangan kerja pada bulan Agustus. Dengan adanya kenaikan volume pekerjaan baru, terjadi kenaikan jumlah bisnis yang belum terselesaikan pada bulan Agustus.
Pemerintah menilai keseluruhan sentimen bisnis di sektor manufaktur Indonesia tetap bertahan positif di tengah harapan akan pemulihan berkelanjutan pada permintaan.
Kendati begitu, Agus mengingatkan perlunya antisipasi terhadap kondisi geopolitik Rusia-Ukraina yang memicu persoalan krisis pangan dan krisis energi. Menurutnya, 2 hal ini berpengaruh terhadap pasokan komoditas bagi sektor manufaktur.
"Sektor industri manufaktur terus mengalami peningkatan investasi. Saya optimis tren ini akan berlanjut hingga akhir tahun. Karena itu kami upayakan agar hambatan-hambatan investasi yang ada bisa kami atasi," Agus. (sap)