Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.(tangkapan layar Youtube)
JAKARTA, DDTCNews – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut kontribusi ekspor produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan rata-rata negara Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).
Teten mengatakan kontribusi UMKM hanya 14,37% terhadap ekspor nasional pada tahun lalu. Menurutnya, pemerintah akan terus mendorong agar makin banyak UMKM yang merambah pasar ekspor sehingga porsinya meningkat.
"Kontribusi ekspor UMKM masih relatif rendah, yaitu 14,37%. Ini masih tertinggal lah dari negara-negara APEC, bahkan [rata-rata kontribusi ekspor negara-negara] APEC sudah sudah mencapai 35%," katanya dalam pembukaan Konferensi 500K Eksportir Baru, Senin (19/4/2021).
Teten mengatakan UMKM merupakan tulang punggung perekonomian dengan kontribusi sebesar 90% terhadap produk domestik bruto (PDB) dan menyerap 97% tenaga kerja. Namun, dari sisi ekspor, persentasenya masih tergolong kecil.
Dia menilai rendahnya ekspor UMKM karena beberapa hal, seperti minimnya pengetahuan tentang pasar luar negeri, kualitas produk, kapasitas produksi, biaya sertifikasi yang mahal, hingga kendala logistik.
Pandemi Covid-19 juga menyebabkan tekanan pada upaya ekspor UMKM makin berat. Hal ini dikarenakan tarif pengiriman barang naik sekitar 30-40% sebagai dampak dari jadwal kapal dan penerbangan internasional yang berkurang.
Menurut Teten, pemerintah sudah berupaya mengatasi masalah mahalnya biaya logistik tersebut melalui bekerja sama dengan PT Garuda Indonesia. Pemerintah juga mendorong UMKM mengekspor melalui marketplace, seperti Amazon dan Lazada.
Secara bersamaan, pemerintah juga memberikan pendampingan kepada UMKM potensial ekspor, termasuk bekerja sama dengan Sekolah Ekspor untuk menyusun kurikulum dan modul pelatihan UMKM ekspor.
Ada pula kerja sama pelatihan dan fasilitasi pendamping UMKM ekspor bersama dengan Asosiasi Profesi Ekspor Impor Seluruh Indonesia serta Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia.
Teten menyebut pemerintah juga menyusun roadmap pengembangan 500.000 eksportir baru agar pelaksanaannya lebih lebih terarah. "Roadmap-nya mungkin yang perlu kami selesaikan [bersama Sekolah Ekspor] supaya kolaborasi lebih targeted, masing-masing punya pegangan," ujarnya. (kaw)