Gedung Bank Indonesia. (foto: Antara)
JAKARTA, DDTCNews—Survei penjualan eceran yang diterbitkan Bank Indonesia (BI) menunjukkan geliat penjualan eceran hingga Juli 2020 masih terkontraksi meski terdapat sinyal perbaikan.
Indeks penjualan riil (IPR) pada Juli 2020 mengalami kontraksi hingga -12,3% (yoy), lebih baik dibandingkan dengan Juni 2020 yang -17,7% (yoy). Meski masih terkontraksi, tren IPR dari Juni hingga Juli 2020 tumbuh 0,3%.
"Perbaikan penjualan diperkirakan terjadi pada hampir seluruh kelompok komoditas yang disurvei. Penjualan pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami kontraksi paling rendah," tulis BI dalam laporannya, Rabu (9/9/2020).
Menurut BI, tren tersebut sejalan dengan mulai membaiknya daya beli masyarakat serta berjalannya adaptasi kebiasaan baru (AKB) yang memungkinkan masyarakat untuk kembali berbelanja.
Seiring dengan tren tersebut, BI memprediksi IPR pada Agustus 2020 akan membaik dengan kontraksi sebesar -10,1% (yoy) dengan pertumbuhan IPR sebesar 0,3% dari IPR pada Juli 2020.
Penjualan kelompok makanan, minuman, dan tembakau diperkirakan tumbuh positif pada Agustus 2020, sedangkan penjualan kelompok barang lainnya masih akan terkontraksi meski akan lebih rendah ketimbang Juli 2020.
Penjualan pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau diperkirakan tumbuh 1% (yoy). Dengan demikian, sektor tersebut dapat diperkirakan menjadi sektor yang pulih paling awal di tengah pandemi Covid-19.
Sementara itu, penjualan barang kelompok sandang diperkirakan akan terkontraksi sangat dalam pada Agustus 2020. BI memperkirakan kontraksi penjualan pada kelompok sandang mencapai -63,8% (yoy).
Meski tren IPR membaik dari bulan ke bulan, perbaikan tersebut masih belum tercermin pada penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). Penerimaan PPN dan PPnBM hingga Juli 2020 tercatat masih terkontraksi -11,97% (yoy) dengan realisasi sebesar Rp219,49 triliun. (rig)