Ilustrasi. (DDTCNews)
JAKARTA, DDTCNews—Danareksa Research Institute menyebutkan Indonesia belum sepenuhnya terindikasi bakal mengalami resesi meski terjadi kontraksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2020.
Head of Economic Danareksa Research Institute Moekti P. Soejachmoen memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 bakal terkontraksi hingga -3,58% (yoy). Meski begitu, kontraksi pertumbuhan ekonomi tersebut belum tentu membuat Indonesia resesi.
"Relaksasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan kebijakan yang digulirkan masih berpotensi mendorong aktivitas ekonomi baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun belanja pemerintah," tulis Moekti, dikutip Selasa (4/8/2020).
Sepanjang kuartal II/2020, PSBB telah berdampak besar terhadap laju konsumsi rumah tangga. Konsumen cenderung memilih menyimpan dana dan mengurangi porsi belanja ketimbang masa-masa sebelum pandemi Covid-19.
Data Danareksa Research Institute menunjukkan penjualan ritel anjlok 17% dari periode yang sama tahun lalu. Begitu juga dengan penjualan mobil dan sepeda motor yang masing-masing anjlok sebesar 89% dan 80 % dari periode yang sama tahun lalu.
Catatan negatif tersebut juga sejalan dengan indeks keyakinan konsumen (IKK) yang tercatat jatuh ke level pesimis dengan skor 72,63 seiring dengan lemahnya aktivitas ekonomi dan lapangan kerja yang terbatas.
Selain itu, kegiatan investasi kuartal II/2020 tercatat melemah seiring dengan terkontraksinya penjualan semen dan impor barang modal. Penjualan semen terkontraksi menjadi -20,36% (yoy), sedangkan impor barang modal terkontraksi menjadi -20,07% (yoy).
"Hal ini menunjukkan adanya penundaan kegiatan konstruksi pada kuartal II/2020 dan terbukti dengan rendahnya pembelian mesin dan peralatan-peralatan lainnya," tulis Moekti.
Dari sisi pemerintah, realisasi penerimaan negara semester I/2020 mencapai Rp811,2 triliun, turun 9,75% (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi tersebut juga hanya 48% dari target tahun ini.
Belanja negara juga tercatat lemah, hanya terealisasi 39,02% atau sebesar Rp1.068,9 triliun dari target tahun ini. Begitu juga dengan belanja pemerintah pusat yang hanya terealisasi sebesar 33,84% dari target. (rig)