JAKARTA, DDTCNews - Bank Indonesia (BI) menilai perlemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS disebabkan kepanikan pasar karena virus Corona.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan saat ini banyak investor yang membawa dananya ke instrumen investasi yang lebih aman di luar negeri. Namun, menurutnya hal itu sama sekali tak berhubungan dengan fundamental ekonomi Indonesia.
“Sekarang adalah cash as the king, mereka [investor] pindah ke aset yang lebih aman. Karena apa? Bukan masalah fundamental bukan masalah ekonomi tapi memang cenderung kepanikan investor,” katanya melalui konferensi video, Kamis (19/3/2020).
Perry mengatakan perlemahan nilai tukar juga dialami oleh banyak negara yang terdampak virus Corona. Dia pun memastikan BI bersama pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan terus mengupayakan nilai tukar rupiah kembali menguat.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada Kamis sore berada di level Rp15.712 per US$. Namun perbankan hari ini mulai memperdagangkan dolar AS senilai Rp16.000.
Perry menambahkan sepanjang virus Corona telah banyak aliran dana asing yang keluar dari pasar keuangan domestik, sehingga menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Aliran dana asing masih baik pada Januari hingga akhir Februari 2020, dengan catatan aliran dana asing yang masuk ke Indonesia mencapai US$5 miliar.
Namun sejak akhir Februari hingga 17 Maret 2020, dana asing yang masuk ke Indonesia hanya tersisa US$ 360 juta. Situasi itu lebih rendah dibanding kuartal IV-2019, yang aliran dana asingnya senilai US$6,6 miliar.
Sementara soal cadangan devisa hingga akhir Februari 2020, BI mencatat nilainya mencapai US$130,4 miliar atau setara pembiayaan 7,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan 3 bulan impor.
Adapun defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada 2020 dan 2021, BI memperkirakan akan ada pada kisaran 2,5-3% terhadap PDB.
Perry memastikan BI akan selalu hadir di pasar untuk menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Menurutnya BI telah menjalankan kebijakan triple intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar.
Kebijakan triple intervention tersebut yakni secara spot, Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN dari pasar sekunder.
"Kami pastikan BI dari pagi sampai sore selalu ada di pasar. Yang kami lakukan menjaga confident, menjaga mekanisme pasar, menjaga likuiditas, agar di situasi yang sulit itu terus dijaga," ujarnya. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.