Gubernur BI Perry Warjiyo.
JAKARTA, DDTCNews – Bank Indonesia (BI) memperkirakan wabah virus Corona yang berasal dari China bisa menyebabkan Indonesia kehilangan devisa hingga miliaran dolar AS.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan kehilangan devisa itu berasal dari melemahnya tiga sektor akibat virus Corona, yakni pariwisata, perdagangan luar negeri, dan investasi asing langsung. Tekanan terbesar akan dialami sektor pariwisata, yang berpotensi kehilangan devisa hingga US$1,3 miliar.
"Itu dari assessment sementara kami, dengan skenario penutupan penerbangan dua bulan dan sekitar enam bulan terjadi penurunan wisatawan. Tentu saja akan berpengaruh pada penerimaan devisa dari pariwisata," katanya di Jakarta, Kamis (20/2/2020).
Di sepanjang tahun lalu, ada 2 juta kunjungan wisatawan China atau 12% dari total 16,11 juta wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Menurut Perry, pariwisata Indonesia bisa benar-benar sepi dalam dua bulan sejak wabah virus Corona mulai terjadi.
Pada bulan ketiga hingga keenam, kondisi akan berangsur membaik setelah rute-rute penerbangan langsung dari China telah dibuka. Meski demikian, Perry menilai wisatawan China tak akan serta-merta ramai berdatangan ke Indonesia karena mereka memerlukan waktu untuk merasa aman dalam berwisata.
Selain itu, ada kecenderungan wisatawan asing non-China yang memilih menunda hingga virus Corona benar-benar hilang. BI memperkirakan sektor pariwisata akan pulih sepenuhnya pada bulan ketujuh sejak wabah virus Corona mulai terjadi.
Untuk perdagangan internasional, kebanyakan pabrik dan pelabuhan di China tutup sejak wabah virus Corona. Gangguan arus logistik terhadap ekspor diperkirakan menghilangkan devisa US$300 juta. Adapun pengaruh arus logistik terhadap kegiatan impor diproyeksi menghilangkan devisa hingga US$ 700 juta.
BI telah mengumpulkan berbagai keluhan gangguan impor dari kalangan pengusaha. Namun, kebanyakan dari mereka saat ini masih memiliki stok untuk tetap berproduksi.
Sementara pada investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI), Perry menilai para investor China akan menunda merealisasikan investasinya ke Indonesia. Potensi devisa yang hilang sekitar US$ 400 juta.
Tekanan pada ketiga sektor itu pula yang menjadi penyebab BI menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5% hingga 5,4%, dari sebelumnya 5,1% sampai 5,5%.
"Ini assessment yang perlu terus di-update, karena uncertainty-nya masih tinggi," kata Perry. (kaw)