Pedagang memilah cabai rawit yang dijual di Pasar Induk, Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (18/9/2024). Menurut data Badan Pangan Nasional (Bapanas) harga komoditas cabai rawit turun sebesar 3,33 persen menjadi Rp43.190 per kilogram dari harga sebelumnya Rp44.700 per kilogram, hal tersebut dikarenakan adanya panen raya dan stok di pasar melimpah. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/Spt.
JAKARTA, DDTCNews - Pemerintah mengeklaim daya beli masyarakat masih terjaga meski Indonesia mencatat deflasi bulanan selama 5 bulan berturut-turut.
Kemenko Perekonomian berpandangan deflasi lebih disebabkan oleh penurunan harga komoditas pangan pada komponen volatile food dan harga BBM, sedangkan komponen inti tetap mencatatkan inflasi.
"Kenaikan inflasi inti juga sejalan dengan tren peningkatan belanja masyarakat sebagaimana laporan Perkembangan Belanja Masyarakat Terkini oleh Bank Mandiri pada September 2024. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat tetap memiliki daya beli yang kuat yang mendukung momentum pertumbuhan ekonomi," ungkap Kemenko Perekonomian, dikutip Jumat (4/10/2024).
Beberapa komoditas pangan yang turun harga antara lain cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam ras, dan tomat. Penurunan harga terjadi seiring dengan berlangsungnya musim panen di sejumlah daerah.
"Capaian ini mencerminkan berbagai langkah yang diambil pemerintah diantaranya melalui optimalisasi operasi pasar murah, fasilitasi distribusi pangan, penyaluran bantuan pangan, pengembangan kios pangan, dan kerja sama antar daerah telah berhasil dalam menjaga stabilitas harga, terutama komoditas pangan," ungkap Kemenko Perekonomian.
Adapun jenis-jenis BBM yang mencatatkan penurunan harga antara lain Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Green 95, Pertamina Dex, dan Dexlite.
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi bulanan pada September 2024 tercatat mencapai 0,12% (month-to-month/mtm). Secara terperinci, deflasi pada komponen volatile food mencapai 1,34% (mtm), sedangkan deflasi komponen administered price mencapai 0,04% (mtm).
Meski demikian, komponen inti masih tetap mencatat inflasi sebesar 0,16%. Inflasi inti didorong oleh kenaikan harga kopi bubuk sejalan dengan naiknya harga kopi dan kenaikan biaya perguruan tinggi pada tahun ajaran baru. (sap)