Direktur Surat Utang Negara DJPPR Deni Ridwan.
JAKARTA, DDTCNews - Kementerian Keuangan mengajak masyarakat mulai mempertimbangkan Surat Berharga Negara (SBN) sebagai instrumen berinvestasi.
Direktur Surat Utang Negara DJPPR Deni Ridwan mengatakan SBN dapat menjadi pilihan instrumen investasi yang paling aman dan menguntungkan. Apabila dibandingkan dengan deposito, lanjutnya, investasi pada SBN akan mendapatkan bunga lebih tinggi serta atas bunga tersebut dikenakan tarif pajak yang kecil.
"Kalau kita beli obligasi, termasuk SBN, pajak atau PPh atas bunga obligasi hanya 10%. Jadi net-nya tentu lebih besar, lebih cuanlah istilahnya," katanya dalam Podcast FEB Unram, dikutip pada Sabtu (20/7/2024).
Deni mengatakan tarif pajak atas bunga SBN kini jauh lebih rendah dari deposito sehingga makin menguntungkan bagi investor.
Pemerintah melalui PP 9/2021 telah menurunkan tarif PPh final yang dikenakan atas bunga SBN yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Tarif pajak yang semula 15%, kini ditetapkan sebesar 10%.
Sementara atas penghasilan dari deposito dan tabungan simpanan, dikenakan tarif PPh final sebesar 20%.
Selain soal imbal hasil dan pajak, Deni menyebut SBN sebagai instrumen investasi yang nyaris tanpa risiko. Secara umum, terdapat 3 risiko dalam investasi yakni risiko gagal bayar, risiko pasar, dan risiko likuiditas.
Mengenai risiko gagal bayar, SBN tidak memilikinya karena merupakan instrumen yang diterbitkan oleh pemerintah dan diamanatkan oleh UU APBN dan UU Surat Utang Negara. Selama negara ini masih berdiri, lanjutnya, risiko gagal bayar boleh dibilang nol.
Kemudian soal risiko likuiditas, SBN juga tidak memilikinya karena khusus SBN yang tradable akan dengan mudah dijual di pasar sekunder. Adapun untuk risiko pasar yang terkait dengan fluktuasi imbal hasil di pasar, SBN biasanya memiliki kupon yang tetap atau mengambang dengan tingkat kupon minimal.
"Makanya kalau kita investasi di SBN ritel yang tradable ini, selain kita bisa mendapatkan kupon juga kita bisa berkesempatan mendapatkan capital gain," ujarnya. (sap)