Foto udara sumur eksplorasi East Pondok Aren (EPN) -001 di WK PEP Tambun Field, di Desa Sukawijaya, Tambelang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (20/12/2023). PT Pertamina EP (PEP) Regional Jawa Subholding menemukan potensi cadangan. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah/Spt.
JAKARTA, DDTCNews - Realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sektor migas pada 2023 tercatat senilai Rp117 triliun. Angka tersebut setara 113% dari target yang dipatok pemerintah, yakni Rp103,6 triliun.
Meski jauh di atas target, nyatanya kinerja PNBP migas 2023 masih lebih rendah dari capaian pada 2022, yakni Rp148 triliun. Dirjen Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menyebutkan menyusutnya kinerja PNBP migas pada 2023 mengikuti pola pergerakan harga minyak mentah Indonesia (ICP).
"Begitu harga minyak dunia anjlok, ICP jeblok ke level US$78,43 per barel. Jauh dari tahun sebelumnya, menyentuh US$97,03 per barel," kata Tutuka dalam keterangan pers, dikutip pada Rabu (24/1/2024).
Turunnya harga minyak dunia pada tahun lalu, salah satunya dipengaruhi oleh situasi geopilitik global, yakni perang Rusia-Ukraina dan konflik Palestina-Israel.
Kendati realisasi PNBP migas merosot, nilai investasi migas sepanjang 2023 justru meroket. Secara keseluruhan, realisasi investasi migas naik 12% menjadi US$15,6 miliar.
Perinciannya, US$13,72 miliar bersumber dari sisi hulu dan US$1,88 dari hilir migas. Lebih dari 5% investasi hulu migas merupakan Long Term Plan serta mengungguli tren investasi Exploration & Production (E&P) Global sekitar 6,5%.
Berkaca pada kinerja 2023, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mematok target angka investasi lebih tinggi pada 2024, yakni senilai US$17,7 miliar.
Kemudian, dari sisi produksi migas, angkanya cenderung tidak bergerak signifikan. Angka produksi siap jual atau lifting minyak bumi di Indonesia belum mampu menutup kebutuhan tinggi bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri.
Kementerian ESDM mencatat lifting minyak bumi pada 2023 tertahan di angka 605.500 barel per hari (mbopd). Penurunan ini alamiah terjadi menyusul belum ada penemuan sumber-sumber baru. Kendati demikian, tingkat penurunan produksi (decline rate) minyak berkurang menjadi hanya 1,2%.
Sepanjang 2023, decline rate dari produktivitas eksploitasi jauh membaik ketimbang tujuh tahun terakhir, yakni berkisar antara 3%-7%.
Berbagai metode seperti enhanching oil recovery (EOR), water flood, hingga chemical didorong demi menggenjot produksi.
Sementara untuk gas, angka lifting pada 2023 tercatat 960 juta barel setara minyak per hari (mboepd). Capaian itu meleset dari target yang ditetapkan, yaitu 1.110 mboepd. (sap)