Presiden Jokowi bersama 7 staf khusus Presiden dari kalangan milenial, yang diperkenalkannya di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (21/11/2019. (Foto: Humas Setkab)
JAKARTA, DDTCNews—Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja mengangkat 9 Staf Khusus Presiden (SKP) dari berbagai kalangan. Dengan demikian, jumlah total seluruh staf khusus Presiden menjadi 14 orang, yang 7 atau separuh di antaranya berasal dari kalangan milenial.
Ke-7 staf khusus dari kalangan milenial itu diperkenalkan Presiden di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (21/11/2019). Dari staf yang lama, masih ada Sukardi Rinakit, Ari Dwipayana, dan Diaz Hendropriyono. Selain itu, sudah ada 2 staf yang lebih dulu ditetapkan, yaitu Fadjroel Rahman dan Anggit Nugroho.
Sementara itu, dua staf khusus Presiden yang lain, yaitu Arif Budimanta dan Dini Shanti Purwono, tidak ikut diperkenalkan. Presiden Jokowi mengemukakan para staf khususnya itu tidak bekerja full time, karena mereka sudah memiliki kegiatan.
“Yang bisa nanti mingguan, bisa. Tidak haruskan ketemu. Enggak, enggak harus ketemu, tapi minimal 1 minggu, 2 minggu pasti ketemu,” kata Presiden Jokowi kepada wartawan seusai memperkenalkan staf khususnya tersebut, Kamis (21/11/2019).
Lalu, adakah dari 14 staf khusus ini yang memahami soal perpajakan, sehingga bisa diharapkan menjadi lawan diskusi sekaligus memberi masukan yang benar kepada Presiden Jokowi dalam menentukan desain kebijakan perpajakan? Berikut latar belakang 14 staf khusus tersebut:
1. Anggit Nugroho
Ia adalah orang terlama yang mengikuti Jokowi dibandingkan dengan staf khusus lain, sejak masih menjabat sebagai Wali Kota Solo. Penampilannya kalem, njawani. Sebelum mendampingi Jokowi, ia adalah redaktur pelaksana di Harian Solo Pos, dan pernah menjadi Pemimpin Redaksi Harian Joglosemar.
Sebelum menjadi staf khusus, Anggit adalah sekretaris pribadi Jokowi. Ia sering menyampaikan pesan Jokowi kepada tim media digital Jokowi dan para komisaris BUMN. Ia juga memiliki perusahaan konsultasi komunikasi. Melalui perusahaan itulah, ia banting stir profesi dari wartawan ke humas.
2. Arif Budimanta Sebayang
Arif adalah politisi PDIP dan mantan anggota Komisi XI DPR. Alumnus Institut Pertanian Bogor ini sebelumnya adalah staf khusus Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani. Meski, keinginan alumnus Himpunan Mahasiswa Islam ini sebetulnya di Kementerian Keuangan.
Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara, 15 Maret 1968, ini juga menjabat sebagai Direktur Megawati Institute, lembaga think tank bentukan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Ia juga aktif di Komite Ekonomi Industri Nasional (KEIN) sebagai Wakil Ketua.
3. Dini Shanti Purwono
Dini merupakan politikus Partai Solidaritas Indonesia. Perempuan kelahiran 1974 ini adalah pengacara yang membela Jokowi-Ma'ruf Amin untuk menghadapi sengketa Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi (MK). Pernah maju sebagai caleg DPR dari Dapil Jawa Tengah I, tetapi gagal.
Ia menempuh pendidikan S1 di Universitas Indonesia, lalu berlanjut ke S2 di Harvard Law School dan lulus pada 2002. Ia pernah mengasuh rubrik Klinik Hukum di harian Radar Semarang, dan menjadi anggota Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) selama 10 tahun, 2008-2018.
4. Putri Indahsari Tanjung
Putri Indahsari Tanjung lahir pada 22 September 1996. Kini dia berumur 23 tahun. Dia adalah putri sulung pengusaha nasional Chairul Tanjung. Putri merupakan CEO Creativepreneur Event Creator, perusahaan penyelenggara acara yang didirikannya pada Desember 2011.
Bekas pacar youtuber Gofar Hilman ini bersekolah di Anglo-Chinese Jakarta (2006-2011). Dia melanjutkan pendidikannya ke Australian International School Singapore (2012-2014). Gelar sarjana diraihnya dari Academy of Art University, jurusan Multimedia Communication, San Fransisco, AS (2015-2019).
5. Adamas Belva Syah Devara
Belva, nama panggulilannya, adalah anak muda pendiri les online Ruang Guru. Pria ini lahir di Jakarta, 30 Mei 1990, 29 tahun. Belva alumnus Nanyang Technological University, Singapura. Dia menempuh gelar ganda Bisnis dan Ilmu Komputer. Dia juga mendapatkan beasiswa penuh untuk studi di Nanyang.
Belva kemudian melanjutkan pendidikannya di Stanford University, California, AS, pada 2013-2015 dan menyabet gelar MBA (Master of Business Administration). Sekalian, dia juga menyabet gelar MPA (Master of Public Administration) dari Harvard University pada 2014-2016.
6. Andi Taufan Garuda Putra
Pria ini lahir di Jakarta, pada 24 Januari 1987, 32 tahun. Andi adalah pendiri dan CEO Amartha Microfinance , lembaga keuangan mikro yang didirikannya. Dia adalah alumnus Manajemen Bisnis Institut Teknologi Bandung pada 2008. Andi kemudian masuk sebagai karyawan IBM.
Setelah itu, ia mendirikan lembaga keuangan mikro bernama Amartha Microfinance di Ciseeng, Bogor. Andi juga melanjutkan pendidikan tingginya ke Harvard Kennedy School (2015-2016). Dari kampus di Amerika Serikat itu, dia meraih gelar Master of Public Administration.
7. Gracia Billy Mambrasar
Gracia Billy Yosaphat Y. Mambrasar adalah Pendiri Yayasan Kitong Bisa, Duta Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Pemuda 30 tahun asal Serui, Kepulauan Yapen, Papua, ini menempuh pendidikan hingga di Universitas Oxford Inggris. Dia pernah ikut kontes bernyanyi Indonesian Idol 2006.
Pendidikan Billy terbantu beasiswa dari Pemerintah Provinsi Papua. Selepas SMA, Billy melanjutkan ke Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB. Ia menyabet Master of Business Administration (MBA) dari The Australian National University (2013-2014) sekaligus Master of Science (MSc).
8. Angkie Yudistia
Angkie Yudistia adalah anak muda difabel yang merupakan pendiri sekaligus CEO Thisable Enterprise. Angkie lahir di Medan, 5 Juni 1987, atau 32 tahun. Ia adalah alumnus periklanan di London School of Public Relations (LSPR), Jakarta, dan master komunikasi pemasaran dari kampus yang sama.
Insan tuli ini merupakan kader Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) dan sekaligus finalis Abang None Jakarta Barat pada 2008. Selain itu, ia berhasil terpilih sebagai The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008 serta Miss Congeniality dari Natur-e.
9. Aminuddin Ma'ruf
Aminuddin Ma'ruf adalah Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) periode 2014-2016. Pria ini lahir pada 27 Juli 1986, saat ini 33 tahun. Aminuddin adalah sarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan melanjutkan S2 di Universitas Trisakti, Jakarta.
Aminuddin terpilih menjadi Ketum PB PMII periode 2014-2016 lewat Kongres Jambi yang berlangsung pada 30 Mei-10 Juni 2014. Selepas dari Ketum PB PMII, Aminuddin lalu menjadi Sekretaris Jenderal Solidaritas Ulama Muda Jokowi, relawan pendukung Jokowi-Ma'ruf pada Pilpres 2019.
10. Ayu Kartika Dewi
Ayu adalah lulusan pascasarjana Duke University Fuqua School of Business, Amerika Serikat. Mantan staf Unit Kerja Presiden (UKP4R) kelahiran 4 November 1981 ini lulus dari universitas tersebut dengan beasiswa Keller Scholarship dan Fulbright Scholarship, setelah sebelumnya lulus dari Universitas Airlangga.
Ia pernah bekerja sebagai Manajer Consumer Knowledge Procter and Gamble (P&G) Singapura, dan bergabung dengan McKinsey & Co. Ayu sekaligus Initiator dan Co-Founder dai organisasi Sabang-Merauke. Ayu Kartika Dewi juga merupakan Direktur Pelaksana Indika Foundation.
11. Sukardi Rinakit
Bersama Ari dan Diaz, Sukardi atau yang akrab disapa Cak Kardi ini lebih dikenal sebagai pengamat politik. Dia lahir di Madiun, 5 Juni 1963. Sukardi menyelesaikan sarjana di FISIP UI, dilanjutkan S2 dan S3 di National University of Singapore. Ia kemudian menjadi Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS).
Pada Pilpres 2014, Sukardi adalah tim sukses Jokowi-Jusuf Kalla. Setelah itu, ia diangkat menjadi staf khusus yang membuat pidato Presiden. Ia pernah blunder karena menulis Proklamator Soekarno lahir di Blitar dalam pidato Presiden, seharusnya di Surabaya. Sukardi meminta maaf atas kekeliruan itu.
12. AAGN Ari Dwipayana
Ari sebelumnya adalah dosen Fisipol Universitas Gadjahmada yang menjadi staf khusus Kemsetneg pada 2014. Ia kemudian ditunjuk sebagai Tim Komunikasi Presiden, menggantikan Teten Masduki yang telah dilantik menjadi Kepala Kantor Staf Presiden (KSP).
Pria kelahiran Ubud, Bali, 24 Februari 1972 ini menyelesaikan S1-S3-nya di UGM. Ari juga dikenal dekat dengan sejumlah tokoh PDIP karena disertasinya mengulas tentang partai tersebut. Sejak 2017, Ari ditunjuk sebagai Komisaris PT Perkebunan Nusantara V.
13. Diaz Hendropriyono
Diaz Faisal Malik Hendropriyono lahir di Jakarta, 25 September 1978, adalah anak dari AM. Hendropriyono. Ia adalah Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia 2018-2024. Sebagai penyokong Jokowi, pada 2015 ditunjuk menjadi sebagai Komisaris PT Telkomsel.
Ia lulus dari Norwich Military University, Amerika Serikat lalu tiga gelar S2 di AS, yaitu Master of Public Administration di Virginia Tech University, Master of Business Administration dan Master of Arts in Global Leadership dari Hawaii Pacific University.
14. Fadjroel Rahman
Mochammad Fadjroel Rachman lahir di Banjarmasin, 17 Januari 1964. Fadjroel kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), lalu Manajemen Keuangan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan Magister Hukum (Ekonomi) UI. Ia adalah juga Doktor Ilmu Komunikasi UI.
Sebagai staf khusus, Fadjroel yang pernah ditahan Orde Baru ini adalah juga juru bicara Presiden. Aktivis ini sebelumnya dikenal sebagai aktivis yang seringkali mengkritik DPR, tetapi sangat membela pemerintah. Pada 2015, ia diangkat sebagai Komisaris Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.