PEREKONOMIAN GLOBAL

Selamatkan Perekonomian, OECD Minta AS & China Hentikan Perang Tarif

Redaksi DDTCNews
Rabu, 22 Mei 2019 | 15.13 WIB
Selamatkan Perekonomian, OECD Minta AS & China Hentikan Perang Tarif

Ilustrasi. 

JAKARTA, DDTCNews – Pertumbuhan ekonomi China dan Amerika Serikat diperkirakan akan lebih rendah sekitar 0,2%—0,3% dari rata-rata global pada 2021 dan 2022. Kondisi ini bisa terjadi jika kedua negara tidak berbalik arah untuk menghentikan perang tarif dagang.

Hal tersebut menjadi proyeksi terbaru Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD). Pengenaan tarif yang terlalu tinggi atas impor dari kedua negara juga telah meredam prospek ekonomi global.

“Pertumbuhan ekonomi China dan Amerika Serikat bisa lebih rendah 0,2%—0,3% dari rata-rata pada 2021 dan 2022 jika kedua negara tidak berbalik arah,” demikian pernyataan OECD dalam laporan tersebut, seperti dikutip pada Selasa (22/5/2019).

Amerika Serikat mengenai tarif hingga US$200 miliar atas impor dari China. Adapun tarif impor tersebut dikerek dari 10% menjadi 25%. Sementara itu, China akan memukul balik perlakuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan mengerek tarif hingga US$60 miliar pada barang-barang dari Negeri Paman Sam.

OECD memproyeksi perekonomian global hanya akan tumbuh 3,2% pada tahun ini. Angka tersebut tercatat lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 3,3%. Jika terjadi, pertumbuhan ekonomi global itu akan menjadi capaian paling lambat sejak 2016. Kondisi ini karena arus perdagangan tumbuh hanya 2,1%.

“Perekonomian dunia akan bergerak sedikit lebih baik tahun depan dengan tingkat pertumbuhan 3,4%, tetapi hanya jika Amerika Serikat dan China mundur dari kenaikan tarif yang diumumkan bulan ini,” imbuh OECD.

OECD mengatakan pertumbuhan di China dan Amerika Serikat bisa turun 0,2-0,3% rata-rata pada tahun 2021 dan 2022 jika kedua negara tidak berbalik arah. Tanpa memperhitungkan adanya kenaikan tarif terbaru, ekonomi Amerika Serikat diperkirakan akan melampaui negara maju lainnya dengan pertumbuhan 2,8% tahun ini. Pertumbuhan akan melambat menjadi 2,3% tahun depan.

Seperti dilansir magaoneradio.net, China yang telah berusaha untuk merangsang ekonominya tetap akan menghadapi risiko pertumbuhan yang lebih lambat dari 6,2% tahun ini menjadi 6,0% pada 2020. Angka tersebut menjadi titik terendah dalam 30 tahun.

Investor global akan melihat cakupan dukungan yang akan diberikan Beijing untuk menopang pertumbuhan setelah China melonggarkan kebijakan moneter, memotong pajak, dan mengizinkan pemerintah daerah untuk menerbitkan obligasi khusus untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur. (kaw)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.