JAKARTA, DDTCNews – Kebijakan fiskal untuk menekan volume impor yang melonjak tinggi pada 2018 mulai memberikan hasil. Meskipun belum signifikan, namun kinerja positif dicapai untuk tekan volume impor.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan efek kebijakan menaikkan tarif PPh 22 Impor sudah mulai terasa. Secara persentase ada penurunan aktivitas impor untuk 1.147 komoditas yang disesuaikan tarifnya.
"Kalau dari sisi 1.147 komoditas yang mendapat PPh impor yang kita lakukan, kategori impor barang menurun. Terutama barang-barang mewah," katanya di Kompleks Parlemen, Rabu (16/1/2019).
Sri Mulyani kemudian menjabarkan secara persentase 1.147 komoditas yang disesuaikan tarifnya rata-rata impor harian untuk klasifikasi barang jadi turun sebesar 12,9%. Sementara itu, impor barang mewah turun 15,4%.
Namun, untuk aktivitas impor barang konsumsi nampaknya tidak terpengaruh kebijakan tarif PPh 22 Impor yang naik. Catatan otoritas fiskal menyebutkan ada kenaikan sebesar 0,5% untuk barang konsumsi yang dikerek naik tarif pajak impornya.
Adapun impor migas yang menjadi biang keladi defisit perdagangan tahun lalu belum banyak efek kebijakan pemerintah yang membuahkan hasil. Kewajiban penggunaan minyak kelapa sawit untuk bahan bakar solar sebesar 20% dalam bingkai program minyak nabati dalam biodisel (B20) belum menunjukan tanda-tanda penurunan impor migas secara signifikan.
"Impor kita masih cukup besar di beberapa kategori, yang minyak, karena dalam catatan kita seperti Pertamina masih impor dengan growth nya 13,5%. Jadi ini yang perlu dilihat lagi efektivitas dari B20 terhadap impor," ungkapnya.
Seperti diketahui, 1.147 item komoditas disesuaikan tarif PPh 22 Impornya. Kebijakan ini mulai efektif berlaku pada 13 September 2018 dan tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.110/PMK.010/2018. Selain itu, mandatori penggunaan 20% B-20Â juga dirilis pemerintah untuk mengurangi beban impor migas yang di 2018 mencatat defisit sebesar US$12,4Â miliar. (Amu)