EKONOMI SYARIAH

Di Gontor, Mardiasmo Jabarkan Potensi Ekonomi Syariah

Redaksi DDTCNews
Jumat, 27 Juli 2018 | 17.09 WIB
Di Gontor, Mardiasmo Jabarkan Potensi Ekonomi Syariah

PONOROGO, DDTCNews - Sektor keuangan syariah di Indonesia belum banyak berkembang meski punya populasi muslim terbesar di dunia. Meski masih menjadi pendukung kebijakan, ekonomi syariah punya potensi besar untuk dikembangkan.

Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo dalam orasi ilmiah pada pada Rapat Terbuka Senat dan Wisuda Sarjana dan Pascasarjana Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo pada Kamis (26/7). 

Selama lebih dari dua dekade terakhir, keuangan syariah terus berkembang dan mengalami pertumbuhan yang cukup pesat di seluruh dunia, baik di negara dengan mayoritas penduduk muslim maupun non-muslim.

"Keuangan syariah memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi pada perekonomian melalui dua aspek utama, yakni pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan inklusif, serta stabilitas perekonomian dan keuangan yang lebih baik," katanya.

Lebih lanjut, Mardiasmo menyampaikan bahwa prinsip bagi hasil dan risiko dalam keuangan syariah dipandang sesuai dengan pembiayaan sektor riil terutama UMKM.

Dengan demikian, prinsip tersebut dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkualitas. Sedangkan prinsip bagi hasil dan asset-based financing akan mendorong manajemen risiko yang lebih baik serta menghindari terjadinya lonjakan kredit macet. 

Selain berkontribusi dalam sektor keuangan formal, sambung Mardiasmo, segmentasi syariah juga memainakan peran tak kalah penting dalam ranah sosial ekonomi.

Produk keuangan sosial syariah seperti zakat, infaq, dan wakaf (ZISWAF) memiliki potensi yang juga besar dalam membantu mewujudkan distribusi pendapatan dan kekayaan serta mengatasi ketimpangan di masyarakat. 

"Zakat dan infaq berperan penting dalam menyediakan Jaring Pengaman Sosial (JPS) serta menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar bagi masyarakat miskin, mengurangi kesenjangan, mendorong berputarnya roda perekonomian, serta mendorong pemanfaatan dana idle untuk digunakan secara produktif," terangnya.

Tercatat hingga April 2018, total aset perbankan syariah mencapai Rp435 triliun atau 5,79% dari total aset industri perbankan nasional. Sementara itu, aset industri asuransi syariah mencapai Rp42 triliun atau 5,89% dari total aset asuransi nasional.

Pada periode yang sama, nilai kapitalisasi saham yang tergolong efek syariah tercatat sebesar Rp3.428 triliun, atau 52,5% dari total kapitalisasi saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Gfa/Amu)

Editor :
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.