JAKARTA, DDTCNews - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo pekan lalu menghadiri pertemuan negara-negara G-20 di Buenos Aires, Argentina. Dalam pertemuan tersebut, Sri Mulyani menyebutkan kebijakan sejumlah negara mengancam prospek pertumbuhan ekonomi global.
Menguatnya aksi sepihak atau unilateralisme dalam mendorong ekonomi domestik menjadi indikator utama yang menekan ekonomi global. Fenomena ini lantas bertentangan skema kerja sama dan penyelesaian konflik yang dilakukan secara multilateral.
"Ekonomi sudah bergerak dan masing-masing negara memiliki apa yang disebut agenda domestik. Yang dianggap memiliki urgensi yang tinggi," katanya di Kompleks Parlemen, Kamis (26/7).
Lebih lanjut, Sri Mulyani memberikan salah satu aksi unilateral yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS). Penerapan tarif untuk impor kepada negara mitra dagangnya menimbulkan gejolak baru dalam lanskap ekonomi global.Â
"Suasana yang terjadi akibat retorika dan langkah AS untuk memberikan tarif kepada beberapa negara dan beberapa komoditas telah mengubah komoditas yang terjadi. Itu berarti terjadi dalam langkah yang besifat unilateral," terangnya.
Rangkaian kebijakan tersebut akhirnya membuat atmosfer pertemuan G-20 kemarin diwarnai ketegangan antarnegara anggota. Salah satunya adalah kebijakan AS yang menerapkan kebijakan proteksionismenya tidak hanya kepada Tiongkok, tapi diperluas untuk zona eropa dan dua tetangganya yakni Kanada dan Meksiko.
"Eropa di sisi lain, menteri keuangannya dari Prancis mengatakan tidak akan bernegosiasi kalau 'ada pistol di kepala'. Ini adalah retorika yang menunjukkan bahwa tidak ada keinginan menyelesaikan perbedaan. Maka yang terjadi adalah kunjungan bilateral. Sekarang EU (Eeuropean Union) datang, PM (Perdana Menteri) Jepang datang. Semua akan sibuk traveling untuk diskusi seperti ini," paparnya.
Hal ini kemudian juga akan berdampak pada ekonomi nasional. Oleh karena itu, upaya mitigasi terus dilakukan di tengah ketidakpastian situasi global saat ini.
"Kita harus memposisikan pondasi yang kokoh. Pertumbuhan domestik harus dijaga baik dari konsumsi maupun belanja. Kalau dilihat dari momentumnya di kuartal II masih bagus dan kita tetap siaga," tutupnya. (Amu)