PMK 82/2021

WP KITE & Kawasan Berikat Tak Dapat Lagi Diskon Angsuran PPh Pasal 25

Dian Kurniati | Kamis, 15 Juli 2021 | 12:28 WIB
WP KITE & Kawasan Berikat Tak Dapat Lagi Diskon Angsuran PPh Pasal 25

Ilustrasi. 

JAKARTA, DDTCNews – Melalui PMK 82/2021, pemerintah memperpanjang masa pemberian insentif pajak yang sebelumnya ada dalam PMK 9/2021 hingga Desember 2021. Namun, perpanjangan tidak berlaku untuk wajib pajak kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) dan kawasan berikat.

Dirjen Bea dan Cukai Askolani mengatakan kebijakan tersebut dibuat berdasarkan pada evaluasi yang dilakukan Ditjen Pajak (DJP). Kinerja kegiatan usaha KITE dan kawasan berikat saat ini dinilai telah menunjukkan perbaikan seiring dengan pemulihan ekonomi nasional.

"Pertimbangan hasil evaluasi DJP, fasilitas tidak diberikan kepada perusahaan Kawasan berikat dan KITE karena dianggap sudah mulai tumbuh," katanya, Kamis (15/7/2021).

Baca Juga:
Implementasi Pilar 2 Berpotensi Bikin Insentif Pajak Tidak Optimal

Ada 6 insentif yang mendapat perpanjangan masa berlaku. Pertama, pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 ditanggung pemerintah (DTP). Kedua, PPh final DTP untuk UMKM. Ketiga, PPh final jasa konstruksi DTP atas Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI).

Keempat, pembebasan PPh Pasal 22 impor. Kelima, pengurangan 50% angsuran PPh Pasal 25. Keenam, restitusi PPN dipercepat. Simak pula ‘Ingat, Perpanjangan Insentif Pajak Hanya Berlaku untuk WP Ini’.

Direktur Kepabeanan Internasional dan Antar-Lembaga DJBC Syarif Hidayat menyebut insentif pajak untuk wajib pajak KITE dan kawasan pemerintah tidak hanya pemotongan angsuran PPh Pasal 25, pembebasan PPh Pasal 22 impor, dan pengembalian dipercepat PPN.

Baca Juga:
BPK Temui Masalah dalam Monitoring Fasilitas TPB-KITE, Ini Detailnya

Menurutnya, masih ada fasilitas lain yang tetap dapat dinikmati wajib pajak KITE dan kawasan berikat, terutama di tengah pandemi Covid-19. "Untuk PMK 31/2020 tentang insentif tambahan kepada perusahaan Kawasan berikat/KITE masih tetap berlaku," ujarnya.

Fasilitas yang dimaksud Syarif tersebut mengatur perluasan dalam proses bisnis untuk perusahaan KITE dan kawasan berikat serta insentif atas penyerahan hasil produksi yang digunakan untuk penanggulangan dampak Covid-19. (kaw)

Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Jumat, 08 Desember 2023 | 15:45 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Insentif DTP untuk PPN Terutang November-Desember 2024, DJP Bilang Ini

Kamis, 07 Desember 2023 | 11:32 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Implementasi Pilar 2 Berpotensi Bikin Insentif Pajak Tidak Optimal

Selasa, 05 Desember 2023 | 17:30 WIB PMK 120/2023

WNA Bisa Ikut Manfaatkan PPN Rumah DTP, Begini Ketentuannya

BERITA PILIHAN
Jumat, 08 Desember 2023 | 15:45 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Insentif DTP untuk PPN Terutang November-Desember 2024, DJP Bilang Ini

Jumat, 08 Desember 2023 | 15:37 WIB LAPORAN TAHUNAN DJP 2022

Hindari Tumpang Tindih Penanganan WP, Komite Kepatuhan DJP Punya DSP4

Jumat, 08 Desember 2023 | 15:00 WIB INFOGRAFIS PAJAK

Ketentuan Faktur Pajak atas PPN DTP Rumah Tapak dan Rusun

Jumat, 08 Desember 2023 | 14:30 WIB LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK

BPK Catat Ada 96 KPP yang Terlambat Terbitkan LHP2DK

Jumat, 08 Desember 2023 | 13:45 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Setor Denda Telat Lapor SPT Tahunan, Tak Perlu Unggah Bukti Bayar

Jumat, 08 Desember 2023 | 12:30 WIB LAPORAN TAHUNAN DJP

Kinerja Forensik Digital Ditjen Pajak pada 2022, Ada Kenaikan

Jumat, 08 Desember 2023 | 12:18 WIB HARI PENYANDANG DISABILITAS INTERNASIONAL

Ditjen Pajak Gelar Pelatihan bagi Wirausaha Tuli

Jumat, 08 Desember 2023 | 12:00 WIB LAYANAN KEPABEANAN

Ramai Soal Barang Pindahan TKI ke Indonesia, Begini Ketentuannya

Jumat, 08 Desember 2023 | 11:35 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Tidak Validasi NIK-NPWP Sebelum Akhir 2023, Apa Konsekuensinya?

Jumat, 08 Desember 2023 | 11:00 WIB KANWIL DJP JAWA BARAT III

Tak Bayar Pajak Hingga Rp4,3 Miliar, Penanggungjawab PT Ini Dibui