Ilustrasi. (DDTCNews)
JAKARTA, DDTCNews—Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan terkontraksi hingga -1% (yoy), atau sama seperti proyeksi sebelumnya pada Juni 2020.
Dalam laporan berjudul Asian Development Outlook (ADO) 2020 per September 2020, ADB menilai disrupsi yang timbul akibat pandemi virus Corona menyebabkan turunnya sentimen konsumen dan pelaku bisnis.
"Pembatasan aktivitas sosial yang direlaksasi masih belum mampu memulihkan konsumsi rumah tangga. Bantuan sosial (bansos) yang digelontorkan pemerintah masih belum mampu menopang permintaan," sebut ADB, Selasa (15/9/2020).
Menurut ADB, sentimen bisnis pelaku usaha diprediksi masih melemah hingga akhir tahun jika konsumsi domestik maupun luar negeri tidak kunjung pulih. Kondisi ini juga mengurangi minat pelaku usaha untuk berinvestasi.
Investasi diprediksi baru akan pulih pada tahun depan seiring dengan dilanjutkannya proyek infrastruktur serta investasi swasta. Adapun investasi swasta diproyeksikan akan mulai pulih pada semester II/2020.
Sementara itu, kegiatan ekspor dan impor masih tetap akan cenderung lemah pada tahun ini akibat rendahnya permintaan dari negara mitra dan kondisi ekonomi domestik yang belum mendukung pemulihan.
Faktor lainnya adalah harga komoditas yang saat ini masih rendah sehingga turut menjadi faktor penekan pemulihan kegiatan ekspor dan impor. Namun demikian, ekspor diprediksi akan pulih pada 2021.
Kemudian, defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) diprediksi hanya 1,5% dari PDB. Penurunan kegiatan impor akan terjadi paling banyak dalam kegiatan impor barang modal dan mesin.
Dengan konsumsi yang cenderung lemah dan inflasi dari komponen volatile food yang terjaga, inflasi Indonesia tahun ini diproyeksikan sebesar 2%, lebih rendah dari inflasi 2019 yang mencapai 2,8%.
ADB memperkirakan ekonomi Indonesia akan memulih dengan cepat pada 2021. ADB memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2021 mampu mencapai 5,3% dengan inflasi sebesar 2,8%. (rig)