BERBICARA soal pajak selalu menarik. Meskipun pajak ini bisa diartikan sebagai ‘nafas’ dari suatu negara, tetapi tetap saja masyarakat pembayar pajak lebih cenderung tidak ingin membayar utang pajaknya.
Bagi masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas, dari segi jumlah, tentu mereka tidak merasa berat jika penghasilannya dipotong oleh negara. Namun di sisi lain, masyarakat kalangan ini terkadang tidak punya waktu banyak untuk mengurusi urusannya perpajakannya yang cenderung komppleks.
Oleh karena itu, apabila proses membayar pajak terlalu bertele-tele dan banyak menyita waktu, mereka pasti lebih memilih untuk tidak membayar pajak. Di sinilah peran pemeritah untuk membuat suatu sistem yang sangat sederhana dalam hal pembayaran pajak.
Setelah itu, perlu juga untuk mensosialisasikannya dengan cara yang sederhana dan sesuai tren terkini. Contoh saja masyarakat sekarang lebih senang melihat youtube dari pada TV. Kemudahan itu bisa disosialisasikan melalui iklan-iklan di youtube, jika perlu menggandeng beberapa youtuber terkenal.
Kemudian, dalam hal membuat suatu sistem yang sangat sederhana tentulah tidak lepas dari penggunaan teknologi. Selain kemudahannya, hasil dari sistem tersebut tentu bisa dianalisis lebih jauh lagi terlebih jika sudah menggunakan teknologi big data dalam menganalisis kepatuhan pajak.
Berikutnya, masyarakat dengan kelas ekonomi menengah ke bawah. Untuk masyarakat golongan ini tentu saja besaran pajak menjadi pertimbangan tersendiri. Pemerintah dalam hal ini perlu mempertimbangan berbagai fasilitas maupun insentif agar mereka bisa merasakan keadilan dalam membayar pajak.
Tidak semua orang paham manfaat membayar pajak. Karena tidak semua orang meneriman edukasi perpajakan. Tidak semua orang pula bisa mengenyam pendidikan. Untuk itu, sosialisasi pajak pajak juga harus terus disampaikan oleh pemerintah melalui media-media yang mendukung dan secara kreatif.
Misalnya saja dengan pemasangan spanduk-spanduk bertuliskan slogan pajak di fasilitas atau saranan public tertentu, seperti ‘jalan yang sedang anda lalui dibangun dengan uang pajak’ atau ‘jembatan yang sedang anda lewati dibangun dengan uang pajak’ dan sebagainya.
Cara lainnya bisa juga dengan penegasan melalui hal-hal yang dekat dengan mereka, contohnya moda transportasi. Baik transportasi bermotor ataupun konvensional seperti becak. Terkadang ketika sedang berpergian secara tidak sadar seseorang sering memperhatikan sesuatu yang ada disekitarnya, entah gambar sticker di belakang mobil maupun tulisan di kaos-kaos yang digunakan oleh tukang becak.
Terakhir, tak dapat dipungkiri dalam masyarakat pasti ada saja yang memang enggan membayar walaupun paham dan mampu. Dalam hal ini pemerintah perlu bekerja lebih keras untuk mengajak dan menjaring orang-orang seperti itu. Penting pula, masyarakat yang sudah patuh untuk mengingatkan mereka yang selama ini belum patuh membayar pajak.*