PRESIDEN Joko Widodo telah berjanji untuk fokus terhadap pembangunan dan perbaikan infrastruktur dalam 5 tahun ini. Jika infrastruktur di Indonesia semakin baik, maka akan menjadi dasar perekonomian Indonesia ke depannya.
Dalam acara Temu Masyarakat Indonesia di Australia, Presiden mengatakan anggaran infrastruktur tahun 2017 mencapai Rp346.6 triliun dari total kebutuhan pembiayaan infrastruktur sebesar Rp5.000 triliun.
Biaya sebesar itu dibutuhkan antara lain karena sistem sekuritisasi yang dipakai dalam pembangunannya, yaitu sistem berupa kontrak investasi pihak swasta bersama pemerintah dengan jangka waktu tertentu yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak.
Sementara itu, pendapatan negara dari sektor perpajakan masih sangat kurang, hanya 81.54% dari target penerimaan pajak APBN tahun 2016. Itu berarti, masih dibutuhkan banyak anggaran untuk membangun infrastruktur sesuai dengan visi Presiden.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan Pajak rendah, salah satunya program-program Pajak berbasis sosialisasi kepada masayrakat yang kurang menyeluruh, seperti program Inklusi Kesadaran Pajak/ Pajak Bertutur.
Program yang diselengarakan oleh Ditjen Pajak ini adalah sebuah program yang bertujuan mempersiapkan Generasi Emas 2045 yang Sadar Pajak. Permasalahannya program ini belum dilakukan secara menyeluruh kepelosok negeri, masih banyak pelajar Indonesia yang belum mendapatkan program Pajak Bertutur ini.
Dengan memahami peran strategis pelajar sebagai generasi penerus bangsa, pemerintah harus mempersiapkan generasi-generasi penerus bangsa yang berdaya saing tapi tetap sadar pajak, serta mempersiapkan entrepreneur yang sadar pajak.
Program ETOS
UNTUK meningkatkan penerimaan pajak, maka perlu adanya sebuah kerjasama antara pemerintah dengan generasi millennial terutama mahasiswa perpajakan, melalui sebuah program ETOS (education tax for student).
Program ini juga bertujuan mempersiapkan generasi emas 2045 yang sadar pajak, sekaligus membantu pemerintah dalam meningkatkan penerimaan perpajakan di Indonesia. Program ini akan menyasar lokasi yang belum mendapatkan program Pajak Bertutur.
Jika Program ETOS diterapkan kepada seluruh pelajar di Indonesia, maka tanpa kita sadari program tersebut akan membantu meningkatkan penerimaan pajak yang akan datang, dan memudahkan pemerintah membayar utang kepada pihak swasta untuk membiayai pembangunan infrastruktur.
Dengan fungsi strategis itu, maka Program ETO harus segera direalisasikan untuk mempercepat peningkatan pemahaman perpajakan semua pelajar di Indonesia sejak sedini mungkin. Program ini juga sudah diimplementasikan di SD Jatirejo Semarang.
Materi program ini disampaikan engan teknik penyampaian dan pemusatan perhatian yang menarik, yaitu menggunakan ilustrasi dan permainan, serta hadiah kepada siswa yang aktif agar tetap fokus kepada materi yang disampaikan.
Program seperti ini tentu memiliki prospek jangka panjang, yaitu siswa yang sejak dini mengetahui pengertian pajak, manfaat serta tujuannya, maka diharapkan dewasa nanti siswa dapat aktif dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Program edukasi pajak yang pertama kali diterapkan di Semarang ini sudah menuai respons positif dari para siswa. Sangat dimungkinkan, program ETOS ini diperluas dan diaplikasikan ke seluruh pelajar di Indonesia.*
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.