KINERJA PERDAGANGAN

Pemerintah Klaim Kinerja Ekspor-Impor Maret 2022 Terbaik dalam Sejarah

Muhamad Wildan
Selasa, 19 April 2022 | 10.37 WIB
Pemerintah Klaim Kinerja Ekspor-Impor Maret 2022 Terbaik dalam Sejarah

Foto udara mobil-mobil yang akan diekspor di Terminal Kendaraan Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat, Selasa (29/3/2022). ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/foc.

JAKARTA, DDTCNews - Kemenko Perekonomian mengeklaim kinerja ekspor dan impor Indonesia pada Maret 2022 merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah.

Nilai ekspor tercatat mencapai US$26,5 miliar atau tumbuh 44,36%, sedangkan impor mampu tumbuh 30,85% dengan nilai US$21,97 miliar. Berkat capaian tersebut, neraca perdagangan mengalami surplus hingga US$44,53 miliar.

Dengan demikian, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan selama 23 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. "Surplus yang berkelanjutan ini akan terus mendorong kenaikan cadangan devisa, sekaligus meningkatkan kapasitas dan ketahanan sektor eksternal Indonesia," ujar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Selasa (19/4/2022).

Kenaikan kinerja ekspor tak terlepas dari melonjaknya harga komoditas akibat perang antara Rusia dan Ukraina. Pada Maret 2022, tercatat harga batu bara naik 49,91% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Adapun harga CPO naik 16,72% dalam waktu 1 bulan.

"Di tengah momentum kenaikan harga komoditas, Indonesia terus memacu hilirisasi komoditas unggulan. Sehingga ekspor Indonesia tidak lagi berasal dari komoditas hulu, namun mengandalkan komoditas hilir yang memiliki nilai tambah tinggi," ujar Airlangga.

Selain didorong oleh harga komoditas, ekspor juga bertumbuh berkat membaiknya aktivitas produksi. Per Maret 2022 tercatat Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia mampu mencapai 51,3.

Sejalan dengan hal tersebut, ekspor sektor industri mampu tumbuh 29,83% dan berkontribusi sebesar 72,69% terhadap total ekspor Indonesia.

Dari sisi impor tercatat 77,46% impor Indonesia adalah bahan baku, sedangkan impor barang konsumsi tercatat hanya berkontribusi sebesar 8,28% terhadap total impor.

"Dominasi dan kenaikan impor bahan baku menunjukkan bahwa impor Indonesia ditujukan untuk aktivitas produktif guna mendorong output nasional, sementara kenaikan pada barang modal menunjukkan perusahaan manufaktur terus mendorong ekspansi usahanya," ujar Airlangga. (sap)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.