Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews – Cadangan devisa tercatat menurun pada akhir September 2019. Kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah menjadi salah satu faktor penurunan posisi cadangan devisa pada akhir bulan lalu.
Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Junanto Herdiawan memaparkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2019 tercatat senilai US$124,3 miliar. Angka ini mencatatkan penurunan dibandingkan dengan akhir Agustus 2019 senilai US$126,4 miliar.
“Penurunan cadangan devisa pada September 2019 terutama dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan berkurangnya penempatan valas perbankan di BI,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (7/10/2019).
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Nilai tersebut, sambungnya, masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Otoritas moneter, sambung Junanto, menilai cadangan devisa pada akhir bulan lalu masih mampu untuk mendukung ketahanan sektor eksternal. Cadangan devisa tersebut juga masih cukup kuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
“Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai dengan didukung stabilitas dan prospek ekonomi yang tetap baik,” imbuhnya.
Adapun dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18—19 September 2019, otoritas memutuskan untuk memangkas BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,25%. Selain itu, suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga turun 25 bps menjadi 4,50% dan 6,00%.
Otoritas menyebut penurunan suku bunga ditempuh karena sejalan dengan tetap rendahnya perkiraan inflasi tahun ini. Selain itu, imbal hasil investasi aset keuangan domestik pada saat ini masih tetap menarik. Pelonggaran moneter ditempuh sebagai langkah pre-emptive untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik. (kaw)