KINERJA INVESTASI

Penjelasan BKF Soal Realisasi Investasi Kuartal II/2021 Tumbuh 16%

Dian Kurniati
Rabu, 28 Juli 2021 | 19.00 WIB
Penjelasan BKF Soal Realisasi Investasi Kuartal II/2021 Tumbuh 16%

Ilustrasi. Gedung Kementerian Keuangan. (foto: Kemenkeu)

JAKARTA, DDTCNews – Kementerian Keuangan menilai realisasi investasi kuartal II/2021 yang mencapai Rp223,0 triliun atau tumbuh 16,2% mengindikasikan adanya kepercayaan investor terkait dengan kemampuan pemerintah dalam mengendalikan varian baru Covid-19.

"Sentimen positif juga berasal dari upaya reformasi struktural melalui UU Cipta Kerja yang dapat memberikan kemudahan dan kepastian bagi investor," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu dalam keterangan resmi, Rabu (28/7/2021).

Dia menuturkan realisasi investasi langsung masih mencatatkan kinerja yang cukup baik di tengah ketidakpastian akibat pandemi. Menurutnya, pemerintah akan terus berupaya untuk memperbaiki iklim berusaha agar makin menarik bagi investor.

Setelah menerbitkan UU Cipta Kerja, pemerintah juga menerbitkan PP 5/2021 soal penyelenggaraan perizinan berusaha berbasis risiko yang diharapkan memberikan kontribusi besar pada peningkatan investasi langsung di Indonesia.

Selain itu, lanjut Febrio, perbaikan juga dilakukan melalui aspek lain seperti dari sisi administrasi. Dia menilai integrasi perizinan melalui Online Single Submission (OSS) akan makin memangkas waktu pengurusan perizinan sehingga memudahkan investor.

"Implementasi reformasi struktural terutama untuk kemudahan berusaha pada UU Cipta Kerja dan turunannya ini akan terus dipercepat sehingga manfaatnya segera dirasakan oleh investor sehingga investasi terus dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi yang berkualitas," ujarnya.

Realisasi investasi langsung pada kuartal II/2021 tercatat Rp223,0 triliun atau tumbuh 16,2% secara tahunan. Penanaman modal dalam negeri (PMDN) menyumbang Rp106,2 triliun dan penanaman modal asing (PMA) menyumbang Rp116,8 triliun.

Secara umum, Febrio menyebut investasi yang cukup besar terjadi pada sektor padat karya seperti perumahan dan industri seperti industri manufaktur, logam dasar, dan makanan. Peningkatan investasi industri logam dasar terutama bersumber dari PMA atas pembangunan pabrik kendaraan listrik dan industri baterai yang sedang dikembangkan di Indonesia.

Menurutnya, kinerja investasi di sektor industri berpotensi masih menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi nasional ke depan mengingat kontribusinya yang dominan terhadap PDB. Selain itu, sifat padat karya dari sektor industri juga diharapkan mampu menyerap banyak tenaga kerja di tengah pandemi Covid-19. (rig)

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.