Ilustrasi. Seorang tenaga kesehatan dengan alat pelindung diri (APD) mengambil spesimen untuk swab test terhadap warga yang hasil uji rapid test reaktif, di Kota Pekanbaru, Riau, Kamis (4/6/2020). ANTARA FOTO/FB Anggoro/nz.
JAKARTA, DDTCNews – Pemerintah sedang berupaya mempermudah pencairan stimulus terkait dengan kesehatan untuk penanganan pandemi virus Corona.
Staf Ahli Menkeu Bidang Pengeluaran Negara Kunta Nugraha mengatakan hingga akhir Juni realisasi penyerapan anggaran stimulus kesehatan baru 4,68%. Angka itu setara Rp4,09 triliun dari total dana yang disiapkan pemerintah senilai Rp87,55 triliun.
"Memang kalau kita lihat dari sisi total masih rendah, tapi perkembangannya cukup bagus karena minggu lalu masih 1,63%,” katanya melalui konferensi video, Jumat (3/7/2020).
Kunta mengatakan Kemenkeu telah mengkaji semua kendala yang menyebabkan realisasi stimulus kesehatan masih seret. Menurutnya, realisasi sejauh ini masih dipengaruhi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi semua persyaratan dalam pencairan dana penanganan pandemi.
Hingga saat ini, sambungnya, berbagai belanja untuk penanganan pandemi sudah mulai berjalan tapi memang belum maksimal. Oleh karena itu, pemerintah tetap ingin mempercepat proses pencairan dana stimulus kesehatan agar segera sampai kepada masyarakat.
Dia menjelaskan pemerintah akan menerapkan skema "uang muka" dalam pencairan dana stimulus kesehatan. Dengan skema itu, dana stimulus bisa cair sebagian, sembari menunggu kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah melengkapi persyaratan yang ditetapkan.
"Jadi kalau dokumennya belum lengkap enggak apa-apa, uang mukanya kita keluarkan saja. Sambil jalan, dokumen itu dipenuhi sehingga governance-nya tetap terjaga," ujarnya.
Selain belanja penanganan pandemi, dana stimulus kesehatan itu juga digunakan untuk memberikan insentif bagi tenaga medis. Kunta tidak memerinci realisasi insentif tenaga medis yang masih rendah meski telah mencakup hampir 62,5% dari tagihan yang diserahkan kepada Kementerian Kesehatan.
Insentif itu telah diterima oleh 21.080 tenaga medis yang bertugas di rumah sakit rujukan penanganan virus Corona. Adapun sisanya yang belum cair, masih perlu menunggu kelengkapan beberapa dokumen.
Dalam Perpres No. 72/2020, pemerintah mengalokasikan anggaran Rp87,55 triliun untuk stimulus kesehatan. Anggaran itu meliputi belanja penanganan virus Corona Rp65,8 triliun, insentif tenaga medis Rp5,9 triliun, dan santunan kematian tenaga medis Rp300 miliar.
Selain itu, ada bantuan iuran JKN senilai Rp3 triliun, dana untuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 sebesar Rp3,50 triliun, serta insentif perpajakan di bidang kesehatan senilai Rp9,05 triliun.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sempat menyampaikan kekecewaannya karena pencairan dana kesehatan untuk penanganan pandemi dan penyaluran insentif tenaga medis masih sangat kecil. Dia menilai lambatnya penyaluran dana kesehatan itu lambat karena prosedur yang berbelit-belit. (kaw)