Presiden Prabowo Subianto menghadiri Indonesia-Brazil Business Forum, membahas peluang kerja sama ekonomi strategis termasuk di sektor energi, industri, dan kemaritiman, di Copacabana Palace, Rio de Janeiro, Brasil, pada Minggu (17/11/2024). (Foto: BPMI Setpres)
RIO DE JANEIRO, DDTCNews - Presiden Prabowo Subianto kembali menegaskan komitmennya untuk membawa Indonesia bergabung ke dalam BRICS, sebuah aliansi ekonomi yang dibentuk oleh 5 negara, yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Hal ini disampaikannya saat menghadiri Forum Bisnis Indonesia-Brasil, sebagai agenda samping dari KTT G-20 di Brasil.
Prabowo bahkan menceritakan keinginannya untuk membawa RI bergabung ke dalam BRICS sejak 2014, saat dirinya mencalonkan diri sebagai presiden. Dia berjanji, ketika berhasil terpilih sebagai presiden maka dirinya akan memasukkan Indonesia ke dalam keanggotaan BRICS.
"Saya telah mengirim Menteri Luar Negeri untuk menghadiri KTT BRICS di Kazan, hanya sehari setelah kabinet saya dilantik. Indonesia ingin bergabung dengan Brasil dan negara anggota BRICS lainnya," kata Prabowo, Senin (18/11/2024).
Menurut Prabowo, BRICS memiliki posisi penting di tengah lanskap perekonomian global. Bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS juga menjadi bagian dari strateginya untuk memperkuat ekonomi nasional.
"Indonesia dan Brasil adalah negara besar dengan populasi yang besar pula. Kita memiliki sumber daya yang melimpah. Brasil sudah maju dalam industrinya, sementara Indonesia sedang berusaha menyusul melalui industrialisasi. Saya yakin, kita bisa menciptakan sinergi yang baik dan hubungan yang saling menguntungkan," kata Prabowo.
Komitmen Prabowo untuk membawa Indonesia ke dalam BRICS berbeda dengan penegasan yang disampaikan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Pada 2023 lalu misalnya, pemerintah menegaskan bahwa Indonesia ingin bergabung ke dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), bukan BRICS.
Forum yang dihadiri Prabowo hari ini mempertemukan para pelaku usaha dari Indonesia dan Brasil untuk bersama-sama menyusun peluang kerja sama di bidang ekonomi, termasuk sektor energi, industri, dan kemaritiman.
Dalam forum ini, Presiden Prabowo juga menekankan pentingnya ketahanan pangan sebagai fondasi utama pembangunan sebuah negara. Dia menggarisbawahi program pemberian makanan gratis untuk anak-anak Indonesia sebagai prioritas pemerintahannya, seraya mempelajari keberhasilan Brasil dalam program serupa.
"Saya juga ingin belajar dari program Brasil yang telah sukses, dan saya telah meminta tim saya untuk mengatur kerja sama lebih lanjut dengan Duta Besar Brasil di Indonesia," ucap Prabowo.
Dalam bidang energi, Presiden Prabowo menyoroti peluang besar untuk kerja sama, terutama dalam pengembangan biofuel dan energi terbarukan. Indonesia berambisi meningkatkan penggunaan biodiesel hingga 50 persen pada 2025, dengan memanfaatkan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku utama.
Sementara itu, di sektor kemaritiman, Presiden Prabowo menyatakan Indonesia memiliki cadangan perikanan terbesar kedua atau ketiga di dunia, tetapi kekurangan 40.000 kapal penangkap ikan berkapasitas 150-300 GT.
Presiden Prabowo pun mengundang pelaku usaha Brasil untuk berinvestasi di sektor ini, sekaligus mendukung program hilirisasi sumber daya alam Indonesia.
Presiden Prabowo mengakhiri sambutannya dengan menggarisbawahi komitmen Indonesia untuk menciptakan iklim bisnis yang positif dan terbuka bagi investasi asing. “Kami bertekad menciptakan lingkungan bisnis yang positif,” tutur Presiden.
Turut mendampingi Presiden Prabowo dalam acara ini adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Sugiono, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, dan Dubes RI untuk Brasil Edi Yusup. (sap)