Petani memanen tembakau di perladangan lereng Gunung Sindoro Desa Bantir, Candiroto, Temanggung, Jawa Tengah, Rabu (23/8/2023). ANTARA FOTO/Anis Efizudin/rwa.
Â
SURABAYA, DDTCNews - Ditjen Bea dan Cukai (DJBC) mencatat realisasi cukai hasil tembakau senilai Rp126,8 triliun hingga Agustus 2023.
Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa DJBC Nirwala Dwi Heryanto mengatakan realisasi ini setara 54,53% dari target Rp232,5 triliun. Menurutnya, penerimaan CHT memang diestimasi tidak akan mencapai target pada akhir tahun.
"Potensi tidak tercapainya target penerimaan disebabkan oleh 3 hal yaitu adanya downtrading ke golongan 2, shifting konsumsi ke rokok elektrik, dan peredaran rokok ilegal," katanya, Rabu (13/9/2023).
Berdasarkan Laporan Semester I/2023, penerimaan CHT diproyeksi hanya senilai Rp218,1 triliun atau 93,8% dari target APBN. Salah satu tantangan dalam pengumpulan CHT yakni tren penurunan produksi hasil tembakau, terutama sigaret kretek mesin (SKM) golongan 1 dan sigaret putih mesin (SPM) golongan 1.
Ketika produksi rokok golongan I yang dikenakan cukai tinggi mengalami tren penurunan, pada rokok golongan II dan III yang cukainya murah justru meningkat.
Nirwala mengatakan CHT menjadi kontributor terbesar dalam penerimaan cukai. Oleh karena itu, pemerintah tetap berupaya mengoptimalkan penerimaannya hingga akhir tahun.
Dia menjelaskan langkah optimalisasi yang dilaksanakan misalnya menggencarkan penindakan terhadap produk hasil tembakau ilegal. Penindakan ini dilaksanakan oleh semua unit vertikal DJBC di berbagai wilayah Indonesia.
Tidak hanya untuk optimalisasi penerimaan, Nirwala menyebut penindakan terhadap rokok ilegal juga penting untuk melindungi masyarakat dari barang berbahaya, serta menciptakan perlakuan yang adil di antara pelaku industri rokok.
Secara umum, pemerintah memperkirakan penerimaan kepabeanan dan cukai hanya akan senilai Rp300,1 triliun atau setara 99% dari target Rp303,2 triliun. Kinerja penerimaan ini juga akan mengalami kontraksi 5,6%.
Pada sepanjang tahun ini, penerimaan cukai diperkirakan akan senilai Rp227,2% atau 92,6% dari target Rp245,4 triliun. Sedangkan pada bea masuk, realisasinya Rp53,1 triliun atau 111,7% dari target Rp47,5 triliun.
Adapun untuk bea keluar, outlook penerimaannya Rp19,8 triliun atau 193,9% dari target Rp10,2 triliun. (sap)