Pedagang mengambil tembakau jualannya di Cibubur, Jakarta, Senin (5/6/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Mei 2023 secara year on year (yoy) sebesar 4 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 114,84 dengan penyumbang inflasi terbesar kelompok makanan minuman dan tembakau sebesar 0,48 persen. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/foc.
JAKARTA, DDTCNews - Badan Pusat Statistik (BPS) mengeklaim perlambatan inflasi inti pada Mei 2023 bukan disebabkan oleh penurunan daya beli, melainkan karena berkurangnya pembelian barang hasil manufaktur oleh konsumen pascalebaran.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan setelah lebaran konsumsi masyarakat bergeser dari barang-barang komponen inti ke barang-barang yang merupakan bagian dari komponen harga pangan bergejolak atau volatile food.
"Permintaan tinggi bergeser ke komponen harga bergejolak khususnya bahan makanan dan minuman serta makanan dan minuman jadi karena adanya kecenderungan banyaknya aktivitas sosial seperti hajatan, pesta, atau darmawisata oleh masyarakat," ujar Pudji, Senin (5/6/2023).
Pudji menjelaskan inflasi inti cenderung naik pada bulan-bulan tertentu, utamanya pada tahun ajaran baru.
Untuk diketahui, inflasi inti pada Mei 2023 tercatat hanya sebesar 2,66%, lebih rendah bila dibandingkan inflasi inti pada April 2023 yang mencapai 2,83%.
Komoditas dengan andil paling besar terhadap inflasi inti antara lain kontrak dan sewa rumah, biaya perguruan tinggi, emas perhiasan, dan upah asisten rumah tangga.
Adapun komponen volatile food mencatatkan inflasi sebesar 3,28%, lebih rendah bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai 3,74%. Inflasi pada komponen volatile food didorong oleh beras, telur ayam ras, bawang putih, dan bawang merah.
"Inflasi bahan makanan terus memberikan andil positif terhadap inflasi. Pada Mei 2023, secara bulan komponen bahan makanan ini mengalami inflasi 0,5% dengan andil 0,1%," ujar Pudji. (sap)