Presiden Jokowi berjabat tangan dengan Managing Director International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva. (foto: Setkab)
JAKARTA, DDTCNews – Presiden Joko Widodo dan Managing Director International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-35 Asean di Bangkok, Thailand, Minggu (3/11/2019). Apa yang dibahas?
Berdasarkan informasi dari situs web Sekretariat Kabinet, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan pertemuan tersebut membahas mengenai masalah ekonomi yang dihadapi di tingkat global dan kawasan.
“Managing Director IMF menyampaikan bahwa ekonomi dunia mengalami slow down dan pertumbuhan mengalami pertumbuhan yang terendah dalam satu dekade, banyak sekali uncertainties,” ujar Retno, seperti dikutip pada Senin (4/11/2019).
Seperti diketahui, pada pertengahan Oktober 2019, IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun ini dari 3,2% menjadi 3%. Angka ini adalah titik terendah sejak krisis keuangan global pada 2008. Perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China yang menjadi penyebab.
Di sisi lain, lanjut Retno, IMF mengungkapkan situasi ekonomi di Kawasan Asean cenderung lebih baik. IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi Asean pada tahun ini mencapai 4,6%, turun 0,4 poin persentase dibandingkan proyeksi sebelumnya.
“To be more exact, beliau mengatakan bahwa ekonomi Asean masih berada di bright spot in the world economy, bright spot-nya ada di Asean,” imbuh Retno.
IMF memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan mencapai 5,0%, turun 0,2 poin persentase dari proyeksi sebelumnya. Pada tahun depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi sebesar 5,1%.
Retno melanjutkan dalam kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo menyampaikan prioritas kepemimpinannya dalam lima tahun ke depan. Beberapa prioritas yang disampaikan adalah mengenai human capital development dan pembangunan infrastruktur.
Saat bertemu dengan Managing Director IMF, Presiden Joko Widodo didampingi oleh Menko Bidang Polhukam Mahfud MD, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Menteri Perdagangan Agus Suparmanto. (kaw)