Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
JAKARTA, DDTCNews - Otoritas moneter di banyak negara termasuk Indonesia telah melakukan berbagai kebijakan relaksasi. Pilihan kebijakan ini juga merupakan langkah antisipasi perlemahan ekonomi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kebijakan penurunan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) adalah respons atas kecenderungan ekonomi yang melemah. Hal tersebut juga berlaku untuk negara seperti Jepang, China dan Uni Eropa.
"Response policy yang diambil The Fed dan bank sentral di Eropa dan Jepang itu semua dalam rangka mengantisipasi perlemahan ekonomi yang mereka sudah lihat," katanya di ICE BSD, Kamis (19/9/2019).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengungkapkan kebijakan fiskal juga setidaknya harus menyesuaikan atas tren kelonggaran dari sisi moneter. Namun demikian, hal tersebut tidak perlu dilakukan secara reaktif.
Kebijakan fiskal nasional, lanjut Sri Mulyani, diarahkan untuk menjaga stabilitas perekonomian. Aspek stabilitas ini menjadi kunci untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang berlangsung sekarang ini.
"[Dari sisi kebijakan fiskal] mungkin kita tidak perlu harus terus menerus bereaksi dengan keputusan yang dilakukan negara lain. Kita terus melihat tren dan apa yang bisa kita lakukan untuk memperkuat ketahanan dalam melihat ketidakpastian ekonomi," imbuhnya.
Seperti diketahui, setelah The Fed memangkas Suku bunga, Bank Indonesia (BI) juga ikut memangkas suku bunga acuan hari ini. Bank Indonesia (BI) melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter yang sudah diambil beberapa bulan terakhir. Suku bunga acuan turun menjadi 5,25%.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18—19 September 2019 memutuskan untuk memangkas BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,25%. Selain itu, suku bunga Deposit Facility dan Lending Facility juga turun 25 bps masing-masing menjadi 4,50% dan 6,00%. (Bsi)
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.