JAKARTA, DDTCNews - Komponen Minyak dan Gas (Migas) jadi penyumbang utama defisit neraca perdagangan Indonesia sejak awal tahun 2018. Oleh karena itu, sejumlah cara akan dilakukan untuk menekan impor bahan bakar minyak.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan pemerintah akan meningkatkan pelaksanaan penggunaan bauran minyak sawit dalam bahan bakar solar (Biodiesel 20/B20). Jika B20 itu bisa terlaksana hingga 90%, maka dipastikan akan bisa menghemat devisa dan menekan defisit neraca perdagangan.
"Kalau B20 bisa terlaksana 90% saja dari seharusnya, kita bisa menghemat devisa. kita akan mengurangi impor, menghemat devisa hampir US$5,5 miliar jadi bisa menutup defisit migas kita," katanya, Minggu (22/7).
Mantan Dirjen Pajak itu menerangkan secara total defisit neraca perdagangan Indonesia sebetulnya tidaklah besar yaitu hanya sebesar US$1,03 miliar. Sebagain besar defisit tersebut disumbang oleh sektor migas.
"Tetapi kalau dilihat migas saja berapa defisitnya? Itu US$5,4 miliar. Non-migas surplus, tapi hanya US$4,4 miliar, sehingga totalnya defisit US$1,03 miliar. Itu yang kita harus atasi," terangnya.
Oleh karena itu, sektor migas harus segera dibenahi agar bisa mendorong surplus neraca perdagangan Indonesia. Sektor ini manjadi kunci, karena sektor non migas telah mencatatkan surplus.
"Tapi pasti perlu waktu beberapa bulan untuk melaksanakan itu. Karena untuk menyalurkan B20, selama ini kalau melalui SPBU sudah jalan, anda kalau beli bio diesel itu B20," katanya.
Lebih lanjut, selain untuk konsumsi umum, Darmin menerangkan sektor lain juga harus menggunakan BBM B20 ini. Mulai dari kereta api, kapal, pembangkit listrik hingga alat berat akan menggunakan B20 sebagai bahan bakarnya.
"Kalau itu kita bisa lakukan dalam beberapa bulan ini, ya mungkin dalam satu atau dua bulan masih rendah, tapi kalau dalam enam bulan bisa penuh B20 maka kita bisa mengharapkan setelah itu kita bisa surplus," tutupnya. (Amu)