BEIJING, DDTCNews – Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok akhirnya bernegosiasi di balik layar untuk meredam tegangnya perang dagang global yang terjadi belakangan ini.
Sekretaris Umum Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Angel Gurria menegaskan tidak ada pemenang dalam negosiasi tersebut. Namun, menurutnya sempat ada penolakan resmi dalam negosiasi antarkedua negara besar itu.
“Semua orang sangat khawatir mengenai perang dagang ini. Tapi pada saat bersamaan sepertinya orang-orang berasumsi bahwa ada diskusi lebih lanjut mengenai hal ini. Hingga kini belum ada peningkatan tarif yang diadopsi oleh kedua negara itu,” paparnya di Beijing, Jumat (13/4).
Kabarnya, Tiongkok telah memberi peringatan akan adanya serangan balik terhadap gerakan proteksionis AS setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan mengenakan pemungutan senilai miliaran dolar AS terhadap barang Tiongkok yang masuk ke AS.
Gurria pun memprediksi munculnya efek spillover berdampak negatif dari perang dagang kedua negara besar itu. Prediksinya pun juga mengenai dampak negatif yang akan terjadi pada negara lain karena perang dagang itu.
Di samping itu, ancaman perang dagang datang saat prekonomian global mencapai tingkat pertumbuhan sebesar 4%, sebelum krisis utang yang dipicu oleh runtuhnya bank investasi AS Lehman Brothers pada 2008.
“Butuh 10 tahun untuk kembali ke tingkat pertumbuhan ekonomi dunia seperti sebelum krisis terjadi. Tapi sekarang, kita kembali ke sebelum krisis tahun 2008," tegasnya dilansir South China Morning Post.
Sedikit mengingat sebelumnya, Trump menjadi orang pertama yang berencana untuk meningkatkan tarif pada barang yang dikirim dari Tiongkok. Oleh sebab itu, Presiden RRT Xi Jin Ping bersiap untuk membalas hal itu dan saat ini sementara tertunda namun belum ada keputusan lebih lanjut. (Amu)