Sebuah papan yang menginformasikan pelanggan bahwa bahan bakar telah habis terlihat di stasiun bahan bakar Shell di London, Britain, Sabtu (2/10/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Henry Nicholls/aww/cfo
LONDON, DDTCNews - Perusahaan migas asal Inggris, Shell, mengaku akan mengevaluasi rencana investasi senilai £25 miliar seiring dengan ditetapkannya kenaikan tarif windfall tax sektor migas dari 25% ke 35%.
Chairman Shell UK David Bunch mengatakan investasi senilai £25 miliar membutuhkan stabilitas kebijakan fiskal. Oleh karena adanya perubahan kebijakan dari pemerintah, rencana investasi yang sudah ditetapkan perlu ditimbang ulang.
"Kami akan mengevaluasi masing-masing rencana proyek berdasarkan outlook fiskal terkini. Nantinya akan ditentukan apakah kami tetap akan menanamkan modal sesuai dengan rencana awal atau tidak," ujar Bunch, dikutip Selasa (22/11/2022).
Bunch mengaku memahami alasan pemerintah menerapkan windfall tax atas perusahaan migas. Namun, dia meminta kepada pemerintah untuk menetapkan mekanisme penghentian pemungutan windfall tax bila harga migas sudah kembali ke level normal.
"Saat ini, tidak ada threshold yang menjadi acuan dari penghentian pemungutan windfall tax. Ini adalah sesuatu yang ingin kami bicarakan dengan pemerintah," ujar Bunch seperti dilansir sky.com.
Bunch mengatakan Shell masih memiliki komitmen untuk menanamkan modal di Inggris baik pada sektor migas maupun energi terbarukan. Hanya saja, diperlukan kebijakan dari pemerintah untuk mendukung upaya tersebut.
Untuk diketahui, windfall tax sebesar 35% atas perusahaan migas ditetapkan berlaku sejak Januari 2023 hingga Maret 2028. Tak hanya terhadap perusahaan migas, perusahaan pembangkit listrik juga dibebani windfall tax sebesar 45% hingga Maret 2028.
Kedua kebijakan ini diperkirakan akan menghasilkan tambahan penerimaan senilai £14 miliar serta lebih dari £55 miliar terhitung sejak 2022 hingga 2028. (sap)