KEBIJAKAN PEMERINTAH

Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi 2021 Ditargetkan Dekati 5,5%

Dian Kurniati
Selasa, 28 Juli 2020 | 14.50 WIB
Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi 2021 Ditargetkan Dekati 5,5%

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kedua kiri). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/Pool/wsj.

JAKARTA, DDTCNews—Pemerintah menaikkan asumsi dasar proyeksi pertumbuhan ekonomi minimal dalam RAPBN 2021 dari sebelumnya 4,5% sebagaimana disepakati antara pemerintah dan DPR, menjadi 5%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah dan DPR sebelumnya telah menyepakati asumsi dasar target pertumbuhan ekonomi 2021 sebesar 4,5%-5,5%. Namun, presiden menginginkan proyeksi tersebut mendekati 5,5%.

"Dalam asumsi makro yang kita bahas bersama DPR, memang range di antara 4,5% sampai 5,5%. Kami akan mengupayakan mendekati 5,5%. Jadi antara 5% hingga 5,5%," katanya melalui konferensi video, Selasa (28/7/2020).

Keputusan target pertumbuhan ekonomi 2021, lanjut Menkeu, akan diputuskan dalam waktu dekat. Nanti, target pertumbuhan ekonomi akan disampaikan presiden saat membacakan nota keuangan APBN 2021 dalam sidang paripurna DPR pada 14 Agustus 2020.

Sri Mulyani menjelaskan pertumbuhan ekonomi negara berkembang biasanya lebih tinggi ketimbang negara maju. Namun, pertumbuhan ekonomi negara berkembang juga sangat tergantung pada kondisi di negara maju.

Dalam menentukan target pertumbuhan ekonomi 2021, Sri Mulyani menjelaskan pemerintah tetap mempertimbangkan berbagai ketidakpastian akibat pandemi Covid-19. Misal, kecepatan penanganan pandemi di seluruh dunia.

"Mengenai kapan dan seberapa cepatnya kita bisa mengendalikan Covid, dan menemukan vaksinnya," ujarnya.

Langkah antisipatif juga telah disiapkan pemerintah dalam RAPBN 2021 di antaranya dengan melebarkan defisit anggaran menjadi 5,2% terhadap PDB, lebih lebar ketimbang kesepakatan pemerintah dan DPR sebelumnya sebesar 3,21%-4,17%.

Sri Mulyani menjelaskan pelebaran defisit diperlukan untuk menyiapkan anggaran belanja cadangan senilai Rp179 triliun. Dana itu akan digunakan untuk belanja kesehatan, termasuk dukungan penciptaan vaksin virus Corona.

"Kami diminta belanja ini benar-benar bisa ditingkatkan produktivitasnya untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran, dan menimbulkan dampak ekonomi atau manfaat yang paling tinggi," katanya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi optimistis PDB Indonesia tumbuh di atas ekonomi global 2021. IMF, World Bank, dan OECD bahkan memprediksi Indonesia masuk ke dalam kelompok negara dengan pemulihan ekonomi tercepat setelah China pada 2021.

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.