PP 23/2018

Pakai PPh Final UMKM, Perhatikan Status Perpajakan Suami Istri PH-MT

Redaksi DDTCNews | Sabtu, 26 November 2022 | 15:00 WIB
Pakai PPh Final UMKM, Perhatikan Status Perpajakan Suami Istri PH-MT

Ilustrasi.

JAKARTA, DDTCNews - Wajib pajak yang dapat memanfaatkan tarif pajak penghasilan (PPh) final sesuai PP 23/2018 adalah yang peredaran bruto atau omzet nya tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam satu tahun pajak.

Namun, perlu diperhatikan adanya ketentuan yang diatur dalam menentukan besarnya omzet apabila wajib pajak merupakan orang pribadi suami istri yang menghendaki perjanjian pisah harta atau yang istrinya memilih menjalankan kewajiban pajak sendiri.

“Besarnya peredaran bruto sebagaimana dimaksud … ditentukan berdasarkan penggabungan peredaran bruto usaha dari suami dan istri,” bunyi penggalan Pasal 4 ayat (2) PP 23/2018, dikutip Senin (21/11/2022).

Baca Juga:
Cara Buat Kode Billing atas Pemotongan PPh Final UMKM

Untuk lebih jelasnya, terdapat contoh kasus yang dipaparkan dalam penjelasan pasal tersebut. Berikut adalah contoh kasusnya:

Terdapat kondisi, yakni Tuan G dan Nyonya H adalah suami istri yang menghendaki perjanjian pisah harta dan penghasilan secara tertulis. Pada 2019, Tuan G memiliki usaha toko kelontong dengan omzet Rp4 miliar.

Kemudian, pada tahun tersebut Nyonya H juga memiliki usaha salon dengan omzet Rp1 miliar. Karenanya, sesuai dengan ketentuan yang diatur, penentuan omzetnya jika ingin menggunakan PPh final UMKM dihitung berdasarkan penggabungan omzet Tuan G dan Nyonya H.

Baca Juga:
Tak Ada Lagi Pemutihan Denda, WP Diminta Patuh Bayar Pajak Kendaraan

Meskipun peredaran bruto masing-masing kurang dari Rp4,8 miliar, jumlah penggabungan dari omzet dari usaha Tuan G ditambah omzet dari usaha Nyonya H pada tahun pajak 2019 adalah Rp5 miliar. Dengan begitu, penghasilan dari usaha Tuan G dan Nyonya H tidak dapat dikenai PPh final UMKM.

Sebagai tambahan informasi, besarnya tarif PPh final yang dikenakan pada wajib pajak yang memenuhi ketentuan peredaran bruto dan memilih menggunakan adalah sebesar 0,5% dari omzet sebagai dasar pengenaan pajak nya.

Adapun yang dimaksud peredaran bruto atau omzet yang dijadikan dasar pengenaan pajak merupakan imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang diperoleh dari usaha, sebelum dikurangi potongan penjualan, potongan tunai, atau potongan sejenis. (Fauzara Pawa Pambika/sap)


Editor :

Cek berita dan artikel yang lain di Google News.

KOMENTAR
0
/1000

Pastikan anda login dalam platform dan berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.

ARTIKEL TERKAIT
Rabu, 24 April 2024 | 16:30 WIB KPP MADYA TANGERANG

Lokasi Usaha dan Administrasi Perpajakan WP Diteliti Gara-Gara Ini

Rabu, 24 April 2024 | 15:30 WIB KEPATUHAN PAJAK

DJP: 13,57 Juta WP Sudah Laporkan SPT Tahunan hingga 23 April 2024

Selasa, 23 April 2024 | 17:30 WIB TIPS PAJAK

Cara Buat Kode Billing atas Pemotongan PPh Final UMKM

Selasa, 23 April 2024 | 17:00 WIB PROVINSI JAWA TENGAH

Tak Ada Lagi Pemutihan Denda, WP Diminta Patuh Bayar Pajak Kendaraan

BERITA PILIHAN
Rabu, 24 April 2024 | 17:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Awasi WP Grup, DJP Bakal Reorganisasi Kanwil LTO dan Kanwil Khusus

Rabu, 24 April 2024 | 17:00 WIB ADMINISTRASI PAJAK

Urus NTPN Hilang? Ini Beberapa Solusi yang Bisa Dilakukan Wajib Pajak

Rabu, 24 April 2024 | 16:50 WIB PAJAK PENGHASILAN

DJP Sebut Tiap Perusahaan Bebas Susun Skema Pemberian THR dan Bonus

Rabu, 24 April 2024 | 16:45 WIB PENGADILAN PAJAK

Patuhi MK, Kemenkeu Bersiap Alihkan Pembinaan Pengadilan Pajak ke MA

Rabu, 24 April 2024 | 16:30 WIB ADMINISTRASI PAJAK

DJP Tegaskan Tak Ada Upaya ‘Ijon’ Lewat Skema TER PPh Pasal 21

Rabu, 24 April 2024 | 16:30 WIB KPP MADYA TANGERANG

Lokasi Usaha dan Administrasi Perpajakan WP Diteliti Gara-Gara Ini

Rabu, 24 April 2024 | 15:30 WIB KEPATUHAN PAJAK

DJP: 13,57 Juta WP Sudah Laporkan SPT Tahunan hingga 23 April 2024

Rabu, 24 April 2024 | 15:15 WIB KEBIJAKAN PAJAK

Evaluasi Raperda Pajak Daerah, Ini Rentetan Temuan DJPK Kemenkeu

Rabu, 24 April 2024 | 15:14 WIB KEBIJAKAN MONETER

Antisipasi Risiko Global, BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen

Rabu, 24 April 2024 | 15:12 WIB PAJAK PENGHASILAN

Lebih Potong Pajak karena TER, SPT Tahunan Pegawai Bakal Tetap Nihil