JAKARTA, DDTCNews – Berita mengenai harapan terkabulnya kebijakan tax amnesty tersebar di beberapa media nasional pagi ini, Senin (20/6). Banyak orang memburu kepastian tax amnesty karena berpeluang ‘menyuntikkan’ dana segar ke pasar. Dengan begini, pasar modalpun semakin bergairah.
Selain itu ada juga berita mengenai turunnya BI Rate ke angka 6,5%. Idealnya, invesor akan mengalihkan dana ke pasar saham, namun adanya ganjalan lain yaitu Brexit, alias rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa menyebabkan investor masih menunggu hasil dari referendum Brexit yang masih digelar hingga 23 Juni. Lalu apa dampaknya bagi pasar modal Indonesia? Berikut ringkasan berita selengkapnya:
Kepastian hasil referendum Brexit sangat dinanti-nantikan oleh para investor dunia. Pasalnya, penurunan ekonomi Eropa mempengaruhi Tiongkok sebagai mitra terbesar bagi Eropa sekaligus terutama bagi Indonesia. Maka rencana keluarnya Inggris menjadi penentu kondisi pasar modal pekan-pekan ini.
Terlambatnya keputusan untuk melakukan impor menyebabkan kurangnya pasokan daging bagi konsumen sehingga menyebabkan harga daging cukup tinggi. Hal ini diakui langsung oleh Thomas Lembong selaku Menteri Perdagangan. Harga daging merangkak naik dari Rp 100.000 menjadi Rp 135.000 seperti yang dilansir di argapangan.id.
Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro meyakini bahwa nilai tukar Rupiah dan IHSG siap mengapresiasi RUU Pengampunan Pajak. Penguatan nilai Rupiah akan semakin kokoh jika RUU tax amnesty segera disahkan oleh DPR. Diperkirakan akan ada dana segar paling sedikit 500 triliun Rupiah yang masuk ke Indonesia
Pemerintah akan mengakomodasi masuknya dana repatriasi yang ditempatkan dalam beberapa instrumen investasi terkait kebijakan tax amnesty. Dana ini bisa menjadi jaminan untuk penarikan utang baru di perbankan. (Amu)