SOSOK kelahiran Surabaya, Jawa Timur ini tidak pernah bermimpi untuk terjun dalam bidang pelayaran sebagai konsekuensi meneruskan bisnis keluarga. Namun kini, Carmelita Hartoto menjadi sosok sentral di perusahaan pelayaran PT Andhika Lines.
Tak hanya sebagai bos perusahaan pelayaran, Carmelita juga aktif dalam kepengurusan asosiasi pelaku usaha seperti Kadin, Apindo, Organda, ABUPI, dan WIMA. Dia bahkan tercatat sebagai Ketua Umum Indonesian National Shipowners Associations (INSA).
Seperti sektor usaha lainnya, pandemi Covid-19 juga mengganggu bisnis pelayaran. Oleh karena itu, ia menilai stimulus pemerintah masih tetap dibutuhkan oleh pelaku usaha dalam mengarungi ketidakpastian ekonomi pada tahun depan.
DDTCNews berkesempatan mendapatkan perspektif Carmelita Hartoto terkait dengan kondisi ekonomi sektor pelayaran, termasuk mengenai peran perpajakan bagi pelaku usaha pelayaran. Kutipannya:
Bagaimana kabar Anda dan perusahaan selama pandemi Covid-19 ini?
Alhamdulillah dalam kondisi yang sangat sehat. Aktivitas jelas banyak berubah, baik untuk pekerjaan maupun organisasi. Kami kini banyak meeting dan koordinasi secara virtual.
Rutinitas juga banyak berubah, dari sebelumnya banyak aktivitas di luar, tetapi kalau sekarang kita benar-benar keluar hanya untuk keperluan penting saja, tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Kita sekarang memang harus disiplin pakai masker, jaga jarak dan sering cuci tangan. Tetapi harus juga tetap produktif dalam pekerjaan dan usaha, sekaligus juga kita harus pintar-pintar manajemen stress ya.
Apalagi, bisnis pelayaran mengalami tekanan akibat pandemi, khususnya di awal-awal sebaran pandemi, mulai dari penurunan pendapatan, meningkatnya piutang karena shipper juga kesulitan keuangan, hingga terganggunya cash flow perusahaan.
Sudah berapa lama Anda menggeluti bisnis pelayaran?
Pada awalnya, ayah saya tidak pernah mempersiapkan saya untuk bergelut di bisnis pelayaran. Namun takdir membawa saya seperti sekarang ini. Ini bermula saat ayah saya Hartoto Hardikusumo meninggal dunia pada 1994.
Sebagai anak pertama, mau tak mau saya menggantikan peran ayah di perusahaan. Tentu di awal-awal saya harus belajar banyak ya. Beruntungnya, banyak senior-senior dan teman ayah saya yang bantu saya berkembang dan belajar saat itu.Â
Selama memimpin perusahaan, persoalan apa yang menurut Anda paling berat dihadapi?
Pengalaman sekaligus pembelajaran yang berat adalah ketika kita harus berpisah dengan partner usaha yang selama ini bersama-sama membesarkan usaha.
Untuk mengatasinya ya, saya hire profesional, melakukan efisiensi, restructuring asset dan mulai kembali dari titik rendah. Meyakinkan pelanggan dan membuktikan kapabilitas kita pada pelanggan.
Pemerintah saat ini jor-joran memberikan stimulus bagi pelaku usaha, menurut Anda?
Kami apresiasi dan bersyukur karena pemerintah telah merespons dan memberikan sejumlah stimulus bagi perusahaan-perusahaan pelayaran untuk bisa bertahan dari badai Covid-19.
Tapi memang masih ada beberapa kebijakan stimulus yang memang masih kami tunggu, misalnya keringanan pajak dan keringanan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Bagaimana prospek bisnis tahun depan?
Agak sulit melihat prospek bisnis tahun depan, karena kita masih diselimuti ketidakpastian lantaran kita belum tahu covid kapan selesai. Jadi perusahan-perusahaan pelayaran bisa bertahan saja itu sudah sangat baik.
Seperti yang saya sebutkan, insentif pajak masih kami butuhkan misalnya pembebasan PPN 10% atas pembelian BBM dan pelumas yang sebenarnya tidak lazim dalam praktik internasional, ada juga pajak bahan bakar kendaraan bermotor (PBBKB) daerah untuk solar adalah 5%.
Keringanan pajak ini bukan hanya agar beban perusahaan lebih ringan, tetapi juga untuk meningkatkan daya saing usaha pelayaran.
Otoritas pajak selama ini terus meningkatkan layanan bagi pelaku usaha, komentar Anda?
Komunikasi kami sebagai asosiasi dengan Direktorat Jenderal Pajak dan Ditjen Bea Cukai di Kemenkeu sangat baik. Bahkan INSA menggelar acara FGD sekaligus sosialiasi PMK No 41 tahun 2020, dengan menghadirkan petinggi di Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai.
Kami harap tentunya komunikasi ini bisa terus berjalan baik dan apa-apa yang kami sampaikan dalam meminta stimulus pajak bisa dipertimbangkan oleh Kementerian Keuangan.
Adakah pengalaman menarik dengan otoritas pajak atau kepabeanan selama memimpin perusahaan?
Ada pengalaman yang cukup mengesalkan yaitu ketika membangun kapal tangker di Batam tahun 2018. Pada saat pembangunan kapal mencapai 85% galangan ternyata kemudian dalam kondisi sulit /PKPU mau pailit dan kemudian sesudah berjuang akhirnya kapal bisa selesai 100%.
Namun, pada saat mau proses PIB/customs clearance kapal akan pergi, kami dikejutkan karena ada PMK yang menjadi referensi KPBC mengharuskan membayar PPh impor atas beberapa material yang pada saat diimpor oleh pihak galangan belum dipungut karena Batam kawasan berikat di mana kewajiban tersebut yang sebetulnya menjadi kewajiban pihak galangan untuk membayarnya.
Jika tidak dibayar, kapal tidak bisa clearance dan pihak galangan tidak bisa membayar karena kondisi PKPU maka kami sebagai pelayaran nasional yang memesan/membeli kapal tersebut di mana seharusnya mempunyai fasilitas BM 0%, PPN & PPh Impor tidak dipungut menjadi tidak punya pilihan untuk mengeluarkan/clearance kapal tersebut akhirnya harus membayar PPh impor-nya pihak galangan.
Saran kami mungkin ke depannya KP dan KPBC bisa lebih bijaksana dalam mengidentifikasi suatu permasalahan sehingga tidak membebani pihak yang tidak bersalah.
Apa arti keluarga bagi Anda dan perannya dalam mendukung karier?
Keluarga itu nomor satu. Karena bagaimanapun keluarga adalah tempat kita kembali setelah lelah beraktivitas di luar kan. Pengertian dan dukungan keluarga kepada saya juga sangat besar bagi karir saya. Tanpa mereka mana mungkin saya bisa sampai pada titik sekarang ini.
Di luar rutinitas kerja, kegiatan apa yang Anda lakukan?
Justru saya banyak habiskan waktu, tenaga dan pikiran saya di organisasi, baik di INSA, Kadin, Apindo ataupun WIMA. Karena selalu ada saja pekerjaan yang harus dibereskan di organisasi-organisasi ini setiap harinya.
Setelahnya saya baru ke kantor, kebetulan kalau perusahaan kan sudah ada tim saya yang memegang day by day.
Bagaimana menjalani hobi pada masa pandemi ini?
Hobi saya itu menikmati kuliner di restoran dan travelling. Kedua hobi ini butuh aktivitas di luar rumah. Kalaupun mau kulineran, paling pesan dan makan di rumah. Karena kondisi sat ini, hobi ini ditahan dulu sampai kondisinya benar-benar kondusif baru deh saya travelling dan kulineran lagi.
Apa definisi sukses menurut Anda?
Sukses itu ketika kita bersyukur dan bisa banyak berbagi dengan orang lain. (Rig/Bsi)