Dua mahasiswi jurusan Akuntansi FEB UI sebelum mengikuti 2016 LONDON International Conference on Business, Economics, and Corporate Social Responsibilities (BECSR-16). (Foto: DDTCNews)
LONDON, DDTCNews - Mempresentasikan sebuah hasil pemikiran pada suatu forum internasional merupakan sebuah impian bagi para mahasiswa. Begitu pula dengan kami, Arum Puspita Prihandika dan Yofi Rosameliana, mahasiswi jurusan Akuntansi FEB UI yang saat ini menginjak semester 5. Keinginan kami untuk mengikuti sebuah konferensi telah ada sejak kami menjadi mahasiswi di tahun pertama dan hal tersebut terwujud tahun ini.
Bermula dari sebuah pesan terusan mengenai info-info konferensi, kami tertarik dengan sebuah acara yang bernama “2016 LONDON International Conference on Business, Economics, and Corporate Social Responsibilities (BECSR-16)”. Kemudian kami mulai berdiskusi mengenai ide-ide yang sesuai dengan tema konferensi tersebut. Ketertarikan kami terhadap pajak dan munculnya fenomena online shopping mengantarkan kami untuk membuat paper dengan judul “The Growth of Online Shop and Endorsement at Social Media Support Tax Avoidance: Indonesia Case”.
Pada tahap pertama, kami mengajukan abstrak dari paper tersebut. Setelah menunggu beberapa hari, kami mendapatkan email yang memberitahukan bahwa abstrak kami telah diterima dan diundang untuk melakukan presentasi. Senang sekaligus bimbang bercampur aduk memenuhi perasaan kami. Senang karena akhirnya kami memiliki kesempatan untuk pergi ke UK. Namun kami juga bimbang karena biaya untuk mengikuti acara tersebut cukup tinggi. Karena keterbatasan itu, kami berusaha untuk mencari bantuan dana, baik dari dalam kampus maupun dari luar kampus.
Fase ini merupakan fase tersulit yang kami alami, karena pendanaan adalah hal yang sangat fundamental untuk memastikan keikutsertaan kami dalam BECSR-16. Kami berusaha untuk meminta bantuan kepada senior-senior yang telah bekerja, khususnya di perusahaan yang berhubungan dengan tema paper kami. Kemudian sebuah harapan datang dari senior Arum. Ia mengenalkan Arum pada Kak Nurlita, teman kuliahnya yang kini bekerja di Danny Darussalam Tax Center (DDTC). Sesuai dengan arahan Kak Nurlita, kami mengajukan kerjasama sponsorship ke DDTC.
Tak lama setelah itu, kami menerima telepon dari Senior Partner DDTC, Pak Danny Septriadi, dan diundang untuk datang ke kantor. Setelah kami menjelaskan isi dari paper kami kepada Pak Danny, beliau bersedia membantu untuk merevisi paper kami. Bahkan beliau juga memberikan kami tiket gratis untuk mengikuti seminar tentang “Taxation of Digital Economy and E-Commerce”, yang erat kaitannya dengan tema paper kami. Pak Danny melihat kegigihan usaha kami dan menerima tawaran kerjasama sponsorship yang kami ajukan. Akhirnya kami bisa bernapas lega karena telah mendapat kepastian untuk bisa berangkat ke UK. Kami juga bertemu Pak Darussalam yang telah memberikan kesempatan dan banyak masukan serta semangat terkait rencana kegiatan ini.
Kami berangkat dari Bandara Soekarno Hatta pada Minggu dini hari, tanggal 27 November 2016. BECSR-16 diselenggarakan pada tanggal 29-30 November 2016. Jadwal kegiatan di hari pertama adalah registrasi peserta BECSR-16. Sedangkan hari kedua merupakan acara inti, yaitu konferensi. Acara inti pada Rabu, 30 November 2016, dimulai pukul 09.00. Betapa terkejutnya kami ketika melihat daftar peserta konferensi adalah profesor, asisten profesor, dosen, kandidat Ph.D, dan praktisi-praktisi di bidangnya. Mereka berasal dari berbagai negara, di antaranya UK, US, Canada, Nigeria, Afrika Selatan, Yunani, Turki, Bangladesh, India, Malaysia, dan negara-negara lain. Ternyata hanya kami berdua yang masih menempuh Strata-1 dari Indonesia.
Pagi itu acara dibuka oleh Prof. Dr. P. S. Sandhu dari Rayat-Bahra University, India, yang merupakan perwakilan dari Eminent Association of Pioneers (EAP). Lalu dilanjutkan dengan keynote speech dari Prof. Christos C. Frangos dan Dr. Saba Yunus. Setelah itu, masing-masing peserta BECSR-16 mempresentasikan paper mereka disertai dengan sesi tanya jawab. Kami mendapatkan urutan ke-13 untuk presentasi. Kami berusaha untuk menghilangkan rasa gugup untuk berbicara di depan para akademisi dan praktisi ini.
Dan akhirnya kami dapat melakukan presentasi dengan lancar serta menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Setelah kami kembali ke tempat duduk, Dr. Rendani Tshifhumulo, seorang dosen dari University of Venda, Afrika Selatan menghampiri kami dan memberikan tepuk tangan khusus. Kami juga diajak berfoto dengan seorang associate professor dari Bangladesh, Mr. Mohammad Zahedul Alam. Beliau mengatakan bahwa ketika melihat kami, beliau ingat pada mahasiswanya. Kami berkenalan dengan banyak orang dan mengumpulkan kartu nama mereka. Acara pada hari itu pun berjalan dengan lancar dan tepat waktu.
Setelah selesai mengikuti rangkaian acara BECSR-16, kami masih memiliki sisa waktu dua hari untuk menjelajah Kota London. Kami kembali ke Indonesia pada Minggu, 4 Desember 2016. Sangat banyak pelajaran yang kami dapatkan dari perjalanan ini. Terlebih, ini merupakan kali pertama bagi kami untuk pergi ke luar negeri. Pengetahuan baru, pengalaman baru, orang-orang baru, tempat yang baru, baik saat kami mengurus keberangkatan di Indonesia maupun sesampainya UK, akan menjadi memori yang tak mungkin terlupa. Terima kasih Pak Darussalam dan Pak Danny. DDTC Hebat!