Buku digital di Perpajakan ID.
JAKARTA, DDTCNews - Dalam berbagai interaksi antara pihak terkait dengan transfer pricing di Indonesia, analisis kesebandingan sering hanya dipandang sebagai upaya pencarian suatu pembanding atas suatu transaksi afiliasi.
Dalam praktiknya, proses analisis kesebandingan justru hanya menitikberatkan pada aplikasi database komersial semata. Lantas, apakah praktik tersebut sudah tepat?
Merujuk pada buku Transfer Pricing: Ide, Strategi, dan Panduan Praktis dalam Perspektif Pajak Internasional, transfer pricing pada hakikatnya bertujuan untuk menilai apakah transaksi afiliasi yang sedang dianalisis telah memenuhi arm’s length principle atau tidak.
OECD menyebut penerapan prinsip kewajaran tersebut bertolak dari upaya perbandingan antara dua objek, yaitu transaksi afiliasi dan transaksi independen.
Sebagaimana yang dinyatakan dalam Paragraf 1.6 OECD Guidelines 2022, perbandingan antara kondisi transaksi afiliasi dengan kondisi transaksi independen (analisis kesebandingan) merupakan ‘nyawa’ dari prinsip kewajaran.
Upaya pencarian pembanding hanyalah salah satu bagian dari proses analisis kesebandingan. Dengan kata lain, dengan hanya melakukan pencarian pembanding belum cukup untuk mencapai tujuan dari proses analisis kesebandingan.
Hal ini dikarenakan analisis kesebandingan merupakan serangkaian langkah analisis, mulai dari identifikasi detail transaksi afiliasi, identifikasi pembanding potensial berdasarkan faktor-faktor kesebandingan.
Kemudian, pemilihan aplikasi metode transfer pricing yang paling tepat dan indikator keuangan yang relevan untuk digunakan, sampai dengan pengukuran kewajaran dari dua transaksi yang diperbandingkan.
Paragraf 1.33 OECD Guidelines 2022 menjelaskan bahwa analisis kesebandingan memiliki dua aspek kunci. Pertama, menjabarkan dan mendeskripsikan hubungan komersial atau keuangan antarpihak afiliasi dan kondisi serta situasi yang relevan secara ekonomi terkait dengan hubungan tersebut secara aktual.
Kedua, membandingkan kondisi serta situasi yang relevan secara ekonomi atas transaksi afiliasi pada aspek pertama dengan kondisi serta situasi yang relevan secara ekonomi atas transaksi sebanding yang dilakukan antarpihak independen.
Dengan kata lain, aspek kunci pertama dari analisis kesebandingan ialah fokus terhadap transaksi afiliasi yang sedang diuji. Sementara itu, aspek kunci kedua ialah pencarian pembanding berupa transaksi ataupun perusahaan yang sebanding.
UN TP Manual 2021 juga menjelaskan analisis kesebandingan memiliki dua tahapan analisis yang berbeda, tetapi memiliki keterkaitan.
Pertama, pemahaman atas karakteristik yang signifikan secara ekonomi atas transaksi afiliasi yang diuji dan peran setiap pihak yang terlibat dalam transaksi afiliasi tersebut menggunakan lima faktor kesebandingan.
Kedua, perbandingan antara transaksi afiliasi yang telah dianalisis pada tahapan pertama dengan transaksi independen sebagai pembanding dalam situasi dan kondisi yang sebanding.
Lebih lanjut, analisis kesebandingan menempati posisi yang penting dalam transfer pricing karena merupakan bentuk konkret dari penerapan arm’s length principle.
Analisis kesebandingan bertumpu pada analisis terhadap karakteristik yang relevan secara ekonomi (economically relevant characteristics) dalam konteks penjabaran transaksi afiliasi yang sedang diuji atau yang lebih dikenal dengan istilah faktor-faktor kesebandingan (comparability factors) dalam konteks membandingkan transaksi afiliasi dengan transaksi independen.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan pembanding yang memiliki derajat kesebandingan yang paling tinggi. Akan tetapi, bagaimana langkah-langkah yang dianjurkan dalam melakukan analisis kesebandingan?
Lalu, bagaimana juga keterkaitan antara pembanding dan metode transfer pricing? Kemudian, faktor-faktor penting apa saja yang harus dipertimbangkan dalam analisis kesebandingan?
Temukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya di buku digital DDTC berjudul Transfer Pricing: Ide, Strategi, dan Panduan Praktis dalam Perspektif Pajak Internasional di perpajakan.ddtc.co.id. (rig)