Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. (tangkapan layar)
JAKARTA, DDTCNews - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 sebesar 5,72% menunjukkan kinerja pemulihan yang impresif.
Airlangga mengatakan data tersebut menunjukkan Indonesia masih kuat di tengah risiko pelemahan ekonomi global. Menurutnya, pertumbuhan pada kuartal III/2022 bahkan lebih kuat dari situasi sebelum pandemi Covid-19.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatatkan kinerja yang impresif. Pertumbuhan ekonomi selama tahun 2022 telah melebihi pertumbuhan sebelum pandemi atau 2019," katanya, Senin (7/11/2022).
Airlangga mengatakan data pertumbuhan ekonomi menurut pengeluaran telah menggambarkan pemulihan yang kuat. Menurutnya, konsumsi rumah tangga juga terbukti solid karena mampu tumbuh 5,39%.
Kondisi itu juga didukung dengan kinerja investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang tumbuh 4,96%.
Dengan kinerja hingga kuartal III/2022, Airlangga meyakini pertumbuhan ekonomi pada tahun ini akan mencapai 5,2%. Optimisme itu berasal dari tren konsumsi rumah tangga yang menguat, aktivitas investasi yang membaik, serta penguatan ekspor.
Dia menyebut ekonomi pada 2022 akan terus membaik sejalan dengan pandemi yang tertangani dan percepatan vaksinasi. Kemudian, ada faktor kenaikan harga komoditas, Presidensi G-20, serta APBN yang tetap bekerja sebagai shock absorber.
Meski demikian, pemerintah akan tetap mewaspadai risiko berupa disrupsi rantai pasok yang masih berlangsung dan volatilitas pasar keuangan global.
Adapun untuk tahun depan, pemerintah akan berupaya menjaga momentum pemulihan ekonomi dengan memperhatikan risiko berupa naiknya tensi geopolitik global, kenaikan inflasi global, cuaca ekstrem, dan penyempitan ruang fiskal. Dengan memperhatikan faktor risiko tersebut, pertumbuhan ekonomi pada 2023 diperkirakan akan mencapai 5,3%.
"Kita ketahui dari berbagai lembaga juga memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam range 4,7%-5,1%, artinya tahun depan Indonesia juga diharapkan jauh dari resesi," ujarnya. (sap)