Ilustrasi.
JAKARTA, DDTCNews – Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat diklaim masih terkendali karena transmisi ke harga di tingkat konsumen masih minim.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan setidaknya ada tiga indikator yang menunjukkan minimnya pengaruh pelemahan nilai tukar rupiah pada tekanan harga. Pertama, pergerakan indeks harga konsumen yang masih terjaga dalam dua bulan terakhir.
“Tekanan harga rendah dan dapat dilihat dari data dua bulan terakhir yang tercatat deflasi,” katanya dalam seminar bertajuk 'Rezim Devisa & Strategi Menghadapi Pelemahan Nilai Tukar Rupiah untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian Nasional', Rabu (3/10/2018).
Kedua, kapasitas perekonomian yang masih mumpuni, meskipun pertumbuhan berada di level moderat sekitar 5%.Ketiga, ekspektasi dunia usaha dan rumah tangga terhadap prospek perekonomian yang masih cukup bagus.
Faktor ini, sambungnya, penting dalam perekonomian karena mengindikasikan masih terjaganya dua penggerak utama ekonomi Indonesia, yaitu konsumsi dan investasi. Dia pun memproyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini sekitar 5,2% dengan tingkat inflasi 3,5%.
“BI sudah survei kepada dunia usaha. Mereka merespons untuk tidak menaikkan harga tapi lebih pilih turunkan margin keuntungan dan lakukan efisiensi,” kata Perry.
Kendati demikian, pihaknya masih menyoroti performa neraca perdagangan barang dan jasa yang masih defisit. Menurutnya, fakta tersebut harus diwaspadai mengingat dinamika perekonomian global yang masih menantang.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah tembus Rp15.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Hari ini, kurs tengah BI (Jisdor) dipatok di level Rp15.088 per dolar AS. Nilai tukar di pasar perdagangan spot, menilik data Bloombergpada pukul 14.57 WIB, berada di level Rp15.076 per dolar AS. (kaw)