JAKARTA, DDTCNews – Fluktuasi nilai tukar rupiah terus berlanjut. Kini nilainya sudah tembus Rp14.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Level nilai tukar ini lebih lemah dari asumsi APBN sebesar Rp13.400 per dolar AS.Â
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Suahasil Nazara mengataka depresiasi rupiah ini diklaim tidak akan mengganggu pembiayaan pemerintah dalam APBN.Â
"Enggak (khawatir). Kalau dari sisi APBN kan sudah berkali-kali disampaikan yang namanya asumsi kurs buat APBN itu bersifat indikatif. Apa yang terjadi kalau kurs lebih lemah dari yang diasumsikan di APBN," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (8/5).
Dia mengatakan bahwa pelemahan rupiah ini pasti akan berdampak pada variabel dalam ekonomi makro. Di mana akan berdampak langsung bagi masyarakat. Hal ini yang perlu diwaspadai oleh pemerintah.
"Jadi kalau dari sisi pengelolaan APBN, tidak ada hal yang mengkhawatirkan. Tetapi kita tetap perlu mengamati dan memastikan situasinya, kan bukan hanya APBN tapi perekonomian secara keseluruhan. Bagaimana dampaknya ke variabel ekonomi makro yang lain, misalnya inflasi bagaimana, kondisi masyarakat jadi seperti apa, kondisi BUMN seperti apa, itu terus jadi perhatian kita," jelasnya.
Suahasil juga menyebutkan sisi lain pelemahan rupiah ini tidak selalu memberikan dampak negatif. Sebab, kondisi rupiah seperti ini memberikan tambahan penerimaan bagi negara, misalnya melalui penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor pertambangan dan migas.Â
"Yang terjadi adalah kita akan memiliki penerimaan. Dari penerimaan yang kita dapatkan itu lebih tinggi dari pengeluarannya gara-gara kurs. Apa pengeluaran yang terkait kurs? Pengeluaran terkait kurs itu subsidi. Karena subsidi itu kita beli dari luar negeri minyaknya. Kemudian pembayaran bunga, cicilan pokok, maupun utang bunga. Tetapi kalau kita net antara pengeluaran dan penerimaan, maka efeknya masih lebih tinggi penerimaannya," terang Suahasil.
Gejolak nilai tukar menurutnya akan terus dipantau pemerintah. Bersama dengan Bank Indonesia stabilisasi akan terus dilakukan baik dari kebijakan fiskal maupun moneter.
"Tapi yang namanya pergerakan kurs juga bergerak sepanjang hari. Jadi kita perhatikan terus," tutupnya. (Amu)