Warga Filipina berkumpul dan menyalakan lilin membentuk kalimat "Never Again" di monumen Kekuatan Rakyat EDSA untuk memperingati 36 tahun Revolusi Kekuatan Rakyat EDSA, di Kota Quezon, Metro Manila, Filipina, Jumat (25/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Eloisa Lopez/RWA/djo
MANILA, DDTCNews - Asian Development Bank (ADB) optimistis ekonomi Filipina akan berkinerja lebih baik tahun ini. Kendati begitu, sejumlah sentimen negatif dapat memengaruhi outlook perekonomian.
Direktur ADB untuk Filipina Kelly Bird mengatakan munculnya varian Covid-19 baru dan gangguan rantai pasokan berpeluang meningkatkan inflasi. Hal ini menjadi risiko terjadinya perlambatan ekonomi.
"Sekarang pemerintah harus mendorong pemulihan ekonomi untuk paruh pertama tahun ini dan harus terus membantu meningkatkan kepercayaan konsumen dan bisnis sehingga memulihkan dunia usaha," kata Bird dilansir manilatimes.net, Rabu (2/3/2022).
Adapun ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Filipina pada 2022 sebesar 6% year on year (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dari realisasi ekonomi 2021 yang tumbuh sebesar 5,6% yoy.
Lebih lanjut, Bird mengatakan pertumbuhan ekonomi tahun ini seiring dengan peningkatan program vaksinasi, dan pengeluaran untuk infrastruktur.
Tercatat, sebanyak 63,18 juta orang Filipina telah mendapatkan dosis vaksin Covid-19 sampai dengan 28 Februari 2022. Dari total tersebut, 10,13 juta sudah mendapatkan dosis booster. Menurut Bird, keberhasilan vaksinasi akan memungkinkan Filipina untuk melonggarkan pembatasan mobilitas masyarakat.
Sementara itu, faktor pendorong perekonomian Filipina yakni berasal dari alokasi belanja infrastruktur tahun ini yang mencapai 5% dari produk domestik bruto (PDB).
"Ini akan mengangkat pertumbuhan ekonomi, terutama beberapa proyek infrastruktur besar yang mulai dikerjakan pada tahun ini," tambahnya.
Meski begitu, Bird mengingatkan bahwa munculnya varian baru yang lebih berbahaya dari virus Covid-19 sebelumnya, akan terus menjadi risiko pertumbuhan ekonomi.
"Ini akan mengarah pada pembatasan mobilitas baru. Meskipun saya pikir risiko ini sekarang jauh lebih rendah dari pada 6 bulan lalu karena vaksinasi yang meluas, itu menyoroti pentingnya program booster vaksin, memberikan perlindungan masyarakat tambahan untuk 2022," katanya.
Di sisi lain, Bird memproyeksikan inflasi akan bertengger di kisaran 2%-4% yoy pada 2022, lebih rendah dibandingkan realisasi 2021 sebesar 4,5% yoy. (sap)