OPINI EKONOMI

Kinerja Ekspor Mulai Pulih, Apakah Sahih?

Redaksi DDTCNews
Kamis, 30 Juli 2020 | 11.01 WIB
ddtc-loaderKinerja Ekspor Mulai Pulih, Apakah Sahih?

Gatot Priyoharto,

pegawai Ditjen Bea dan Cukai

STATUS pandemi Covid-19 di Indonesia sejak paruh Maret telah menekan semua sektor ekonomi, termasuk kinerja ekspor. Pola kinerja ekspor juga mengikuti tahun-tahun sebelumnya hanya sampai kuartal I. Namun, berdasarkan data ekspor Bea Cukai, terlihat ada asa di pengujung semester I/2020.Ā 

Sumber: Ditjen Bea dan Cukai, 2020

Ekspor 2020 sendiri, berdasarkan data Bea Cukai, bermula cukup baik. Pada Januari, ekspor mencapai US$13,63 miliar didorong oleh komoditas pasir besi dan logam mulia. Pola ekspor mulai nyeleneh pada Februari, meski masih bagus atau positif.Ā 

Kondisi tidak biasa itu terjadi disebabkan melonjaknya ekspor logam mulia, yang saat itu harga pasaran dunianya sedang naik daun. Padahal, dalam 3 tahun terakhir, pola ekspor Februari selalu melemah dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Sebagai informasi, 3 tahun terakhir titik kulminasi ekspor selalu berada pada Maret terutama kuartal I. Pola itu relatif sama dari tahun ke tahun, mengingat awal tahun selalu diikuti perayaan Imlek dan hari kerja lebih sedikit. Namun, nilai ekspor Maret 2020 tetap menjadi yang terendah sejak tahun 2018.

Dampak pandemi terhadap ekspor mulai terasa April. Sedikit blur, mengingat nilai ekspor April selalu melemah dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal yang membedakan April 2020 dengan April tahun-tahun sebelumnya adalah slope penurunannya, lebih curam dalam 3 tahun terakhir.

Ekspor kembali melemah pada Mei, bahkan ke titik terendah sepanjang tahun, yaitu US$10,53 miliar. Hal itu disebabkan periode Lebaran dan jumlah hari kerja yang tidak sebanyak bulan lain. Alhasil, pola bulanan Mei berbeda 180 derajat dibandingkan dengan pola bulanan tahun-tahun sebelumnya.

Menguji Kinerja Ekspor
HARAPAN kinerja ekspor 2020 mulai rebound atau pulih terpancar pada Juni, Nilai ekspornya meningkat bila dibandingkan dengan Mei. Recovery V shape-nya menggoda mata dan menambah semangat pemulihan ekonomi nasional.

Pertanyaannya, apakah ekspor memang terindikasi telah kembali pulih? Mari kita cari tahu dengan melakukan 3 pendekatan. Pertama, faktor festival atau libur hari raya. Pertumbuhan tahunan ekspor Juni 2020 lebih baik dibandingkan dengan Mei 2020.Ā 

Hal ini disebabkan oleh perbedaan periode Lebaran antara tahun 2020 dan 2019. Lebaran 2019 berada pada Juni, sehingga nilai ekspor di bulan itu relatif rendah, sedangkan tahun 2020 lebaran berada pada Mei sehingga aktivitas ekspor bulan Juni relatif sudah normal.

Kedua, faktor hari kerja bulanan, efek lanjutan faktor festival. Pada Mei 2020 ada periode Lebaran, yang berdampak pada jumlah hari kerja lebih sedikit (17 hari). Hal ini berpengaruh pada nilai ekspor. Padahal, Juni 2020 mempunyai 21 hari kerja, sehingga sangat wajar nilai ekspornya lebih besar.

Ketiga, kinerja harian ekspor. Nilai ekspor Mei US$10,53 miliar diraih 17 hari kerja. Sedangkan nilai ekspor Juni US$12,03 miliar diraih 21 hari kerja. Alhasil, kinerja harian Juni hanya US$0,56 miliar, lebih kecil dari Mei yang US$0,62 miliar, bahkan bila dibandingkan dengan kuartal I yang US$0,66 miliar.

Kesimpulannya, peningkatan nilai ekspor pada Juni 2020 bukan merupakan indikasi pulihnya kinerja ekspor nasional. Hal ini disebabkan, pertama, karena peningkatan ekspor tersebut lebih disebabkan oleh jumlah hari kerja Juni yang lebih banyak dibandingkan dengan bulan sebelumnya.Ā 

Kedua, karena masih lebih rendahnya kinerja harian ekspor Juni dibandingkan dengan periode sebelumnya, baik Mei atau sepanjang kuartal I atau sebelum pandemi terjadi. Jadi, perjuangan ternyata masih panjang kawan, mari kita ikatkan pinggang lebih kencang.

Editor :
Cek berita dan artikel yang lain di Google News.
Bagikan:
user-comment-photo-profile
Belum ada komentar.